Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stagnasi Bayangi Priok, Dwelling Time Melonjak jadi 8 Hari

BISNIS.COM, JAKARTA—Ancaman kepadatan peti kemas atau stagnasi masih membayangi pelabuhan Tanjung Priok menyusul masih lambannya kegiatan pengeluaran barang (delivery) dari lini 1 Pelabuhan.

BISNIS.COM, JAKARTA—Ancaman kepadatan peti kemas atau stagnasi masih membayangi pelabuhan Tanjung Priok menyusul masih lambannya kegiatan pengeluaran barang (delivery) dari lini 1 Pelabuhan.

Kondisi inipun mengakibatkan dwelling time atau waktu tunggu pelayanan kapal dan barang melonjak dari sebelumnya rata-rata enam hari kini menjadi lebih dari delapan hari.

Ketua Forum Pengusaha Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi dan Kepabeanan (PPJK) Pelabuhan Tanjung Priok  M.Qadar Zafar mengatakan pihaknya mempertanyakan kinerja Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok sebab kondisi ancaman stagnasi pelabuhan yang terus berulang.

“Semestinya OP Priok melakukan updating sekaligus pengawasan secara berkesinambungan mengenai  kondisi kepadatan di lapangan peti kemas lini 1 pelabuhan,” ujarnya kepada Bisnis Minggu (30/6/2013).

Dia menilai kinerja Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok  lamban dalam mengurai kepadatan dan ancaman stagnasi  peti kemas di Pelabuhan itu sehingga mengakibatkan dwelling time melonjak.

“Jangan seperti sekarang, penyelesaiannya seperti pemadam kebakaran saja, jika ada masalah (kepadatan) baru beraksi. Mesti nya dilakukan upaya-upaya sedini mungkin mencegah kondisi pelabuhan yang berpotensi stagnasi,” tegasnya.

Qadar mengungkapkan saat ini  pemilik barang sangat dirugikan dengan kondisi kepadatan yang terus berulang di pelabuhan tersibuk di Indonesia itu karena biaya logistik semakin membengkak dan dapat mengurangi daya saing nasional.

Dia menilai Kantor Otoritas Pelabuhan selaku regulator tertinggi di pelabuhan seharusnya mampu melakukan fungsi kordinasi dengan instansi terkait lainnya termasuk Bea dan Cukai dan PT Pelindo untuk menjaga kondisi kondusif berusaha di pelabuhan.

“Saya melihat fungsi OP Priok saat ini tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, sehingga instansi lainnya berjalan sendiri-sendiri,” tuturnya.

PPJK, kata dia, selama ini menjadi kepanjangan tangan pemilik barang ekspor impor di pelabuhan untuk menyelesaikan kepengurusan dokumen hingga penyelesaian jasa kepelabuhanan. “Saat ini proses pengeluaran barang di Priok rata-rata lebih delapan hari,bahkan untuk impor jalur merah bisa memakan waktu 14 hari,”tuturnya.

Kondisi tersebut, kata dia, akibat tingginya yard occupancy ratio (YOR) di pelabuhan Tanjung Priok yang sampai saat ini belum ada solusi untuk menurunkannya sementara infrastruktur jalan di luar pelabuhan semakin buruk yang menyebabkan delivery kargo terhambat.

Menurut data yang diperoleh Bisnis, kepadatan lapangan penumpukan peti kemas di Jakarta International Container (JICT) maupun TPK Koja hingga Minggu (30/6) masih di atas 110%, bahkan di lokasi pemeriksaan fisik jalur merah atau behandle Graha Segara sudah mencapai 104%. Adapun kondisi YOR di tempat penimbunan sementara (TPS) tujuan yang menjadi buffer peti kemas rata-rata sudah lebih dari 85%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akhmad Mabrori
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper