Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa Juni Berisiko Kembali Turun

BISNIS.COM, JAKARTA—Cadangan devisa (cadev) Juni diperkirakan kembali mengalami penurunan seiring masih kuatnya intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas rupiah.

BISNIS.COM, JAKARTA—Cadangan devisa (cadev) Juni diperkirakan kembali mengalami penurunan seiring masih kuatnya intervensi Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas rupiah.

Eric Alexander Sugandi, Ekonom Standard Chartered Bank, memperkirakan cadangan devisa Juni menurun mendekati angka US$100 miliar. “Cadangan devisa Juni mungkin tertekan mendekati US$100 miliar untuk menahan nilai tukar agar tidak anjlok,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (30/6/2013).

Namun, dia menekankan kendati cadangan devisa terus menurun mendekati level US$100 miliar, hal tersebut bukanlah fenomena yang mengkhawatirkan. Apalagi, sambungnya, pergerakan kurs rupiah saat ini mulai terlihat stabil.

Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), sejak penutupan 21 Juni hingga 28 Juni, kurs rupiah telah menguat 0,3% menjadi Rp9.929/US$ dari Rp9.960/US$.

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan BI tidak perlu terlalu memaksakan diri menjaga kurs rupiah di bawah level Rp10.000/US$ di tengah tren pelemahan kurs yang memang terjadi di berbagai kawasan.

“Yang penting BI bisa menjaga stabilitas rupiah, dalam artian pergerakannya tidak terlalu volatile,” katanya. Destry menilai pelemahan kurs rupiah merupakan salah satu yang paling rendah dibandingkan beberapa Negara lain di Asia Pasifik.

Oleh karena itu, dia mengingatkan agar BI berhati-hati dalam menjaga kurs rupiah melalui intervensi likuiditas di pasar valas. Pasalnya, intervensi BI di pasar valas berisiko menurunkan posisi cadangan devisa Indonesia yang sejak awal tahun menunjukkan tren penurunan.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Bloomberg, pelemahan kurs beberapa mata uang kawasan Asia Pasifik mulai terlihat sejak awal Mei hingga puncaknya pada 21 Juni lalu. Pelemahan rupiah termasuk yang paling kecil dibandingkan dengan negara lain.

Sejak awal Mei hingga 21 Juni, rupiah hanya melemah sekitar 3%, bandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Korea Selatan, Filipina, India, Malaysia, dan Thailand yang pelemahannya mencapai 4% sampai 10%.

Sementara itu, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Peter Jacobs mengatakan terjadinya peningkatan kebutuhan valas pada kuartal II/2013.

“Kebutuhan valas meningkat karena adanya kebutuhan repatriasi pendapatan dan pembayaran utang luar negeri yang tinggi pada kuartal II ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menampik penilaian yang mengatakan batas psikologis cadangan devisa dan kurs rupiah adalah US$100 miliar dan Rp10.000/US$ karena otoritas moneter tidak menetapkan batas nominal tertentu yang harus dijaga terhadap kedua indikator makro tersebut.

Seperti diketahui, cadangan devisa Indonesia mengalami tren yang menurun sepanjang tahun ini, yaitu dari US$112,78 miliar pada akhir Desember 2012 menjadi US$105,15 miliar pada akhir Mei 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hedwi Prihatmoko
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper