Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM NAIK: Tekan Inflasi, Jaga Pasokan Sembako

BISNIS.COM, JAKARTA –Pascakenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, pemerintah diharapkan melakukan langkah lanjutan untuk menekan dampak negatif terhadap sektor lain.

BISNIS.COM, JAKARTA –Pascakenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi, pemerintah diharapkan melakukan langkah lanjutan untuk menekan dampak negatif terhadap sektor lain.

Kepala Ekonom Bank Danamon Indonesia Anton H. Gunawan mengatakan penyesuaian harga BBM bersubsidi akan berdampak pada keseluruhan inflasi meskipun hanya bersifat sementara. Dia memperkirakan tingkat inflasi bisa mencapai 8,7% pada akhir tahun.

“Pemerintah mungkin dapat meminimalkan dampak dengan menjaga pasokan makanan domestik,” katanya dalam siaran pers, Senin (24/6) malam.

Dampak putaran kedua mungkin datang dari kenaikan biaya transportasi. Pemerintah dapat meminimalkan dampak tersebut dengan memberikan bantuan langsung untuk operator transportasi atau kesepakatan dengan operator untuk tidak menaikkan biaya transportasi secara signifikan.

Bank Indonesia pun dapat merespons dengan kebijakan menaikkan suku bunga sebesar 50-75 basis poin (bps) untuk mengelola inflasi.

Anton melihat subsidi BBM yang lebih tinggi dan beberapa penyimpangan asumsi ekonomi makro lainnya telah menyebabkan defisit fiskal untuk naik lebih tinggi. Untuk itu, revisi APBN perlu dilakukan.

Namun, kekhawatiran bahwa  neraca primer (sisa anggaran sebelum pembayaran bunga) akan negatif tetap ada. Krisis ekonomi global dan pelemahan daya saing menyebabkan penerimaan negara menurun sehingga membentuk defisit dalam keseimbangan primer.

“Kita harus memantau ini lebih lanjut karena bisa menjadi ancaman bagi kesinambungan fiskal.” tuturnya.

Perhatian juga perlu ditujukan pada pembiayaan. Saat ini pasar obligasi masih dalam tekanan karena investor global bereaksi berlebihan terhadap niat Fed untuk memangkas stimulus moneter(quantitative easing) mulai akhir tahun ini.

Arus keluar modal menekan rupiah ke level Rp9.900-Rp9.950 per US$ akhir-akhir ini. Dalam dua lelang terakhir, pemerintah gagal memenuhi target dengan volume tawaran menurun.

“Kami berpikir pemerintah harus mengakomodasi imbal hasil yang lebih tinggi untuk memenuhi target penerbitan tahun ini. Pemerintah juga bisa mempercepat penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS untuk memberikan alternatif penempatan dalam dolar AS,” ujarnya.

Kendati demikian, Anton meyakini koreksi hanya bersifat sementara. Kenaikan harga BBM harus dipertimbangkan sebagai reformasi struktural yang akan menyebabkan kondisi fiskal yang lebih berkelanjutan.

Menurutnya, persepsi umum harus membaik dalam beberapa bulan mendatang. Selanjutnya, imbal hasil yang lebih tinggi dan harga obligasi yang lebih rendah harus memberikan kesempatan untuk membeli, jika kondisi eksternal membaik.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sri Mas Sari
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper