BISNIS.COM, JAKARTA --- Petani tebu mengeluhkan buruknya fasilitas yang dimiliki oleh pabrik tebu terutama milik PTPN, akibatnya disinyalir ada penurunan rendemen tebu milik petani.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Soemitro Samadikun mengatakan kita mensinyalir adanya penurunan rendemen tebu petani akibat buruknya fasilitas yang ada, hal ini sangat merugikan petani.
“Saya sendiri sudah membuktikan, separuh panen tebu saya kirim ke PTPN dan separuhnya saya kirim ke swasta. Hasilnya rendemen tebu yang ada dipabrik swasta justru lebih besar dibanding yang milik negara,” tegasnya ketika dihubungi Bisnis, Rabu (19/6).
Samadikun menduga penyusutan rendemen ini karena banyaknya tebu yang harus di proses jauh lebih banyak dari kapasitas yang dimiliki pabrik penggilingan tebu tersebut. Akibatnya, tebu yang sudah di tebang membutuhkan waktu yang lama untuk di proses, hal ini akan mengurangi kesegaran tebu itu sendiri.
“Ketika panen raya, pabrik tebu itu over load atau kelebihan muatan, akibatnya waktu pemrosesannya ini lama. Nah itu kan bisa mengurangi kadar yang ada di tebu,” keluhnya.
Ketika panen raya terjadi, seringkali pasokan tebu yang masuk dua kali lipat dari kapasitas produksi yang terpasang. “Misalkan pabrik itu kapasitas produksinya 350 ton per hari, ketika panen raya, tebu yang datang itu sampai 650 ton. hampir dua kali lipatnya,” terangnya.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah segera melakukan revitalisasi dan meningkatkan kapasitas pabrik yang sudah ada saat ini.
“Peningkatan produksi itu tidak akan berjalan tanpa adanya sinkronisasi antara hulu dan hilir, di hulu petaninya diberi pelatihan dan benih tebu yang baik, sedangkan di hilir pabrik tebu yang sudah ada diperbaiki kualitasnya,” imbuhnya.