BISNIS.COM, JAKARTA—Rendemen tebu petani diprediksi turun menjadi 7% saja, padahal sebelumnya sudah mencapai 8%-an. Hal ini sebagai akibat anomali iklim yang cenderung basah.
Rendemen Tebu Nasional
Tahun | Rendemen |
2013 | 7,0%* |
2012 | 7,5 % |
2011 | 7,2 % |
2010 | 5,6% |
Sumber: kementan, APTRI
Ket : *) prediksi
Soemitro Samadikun, Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, mengatakan akibat anomali cuaca yang cenderung basah, beban petani tebu bertambah karena rendemen tebu mereka diperkirakan turun, selain itu biaya tebang angkut juga meningkat hingga 50% dari kondisi normal.
“Anomali cuaca yang cenderung basah ini cukup memukul petani tebu karena diperkirakan rendemen turun hanya sekitar 7% saja, padahal sebelumnya sudah 8% an,” Jelasnya kepada Bisnis hari ini, Selasa (18/6/2013).
Rendemen adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Rendemen 10%, artinya adalah dari 100 kg tebu yang digilingkan ke pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.
Hitungan sederhananya, akibat anomali cuaca ini rendemen tebu turun dari 8% menjadi 7%, artinya ada penurunan gula yang diperoleh petani tebu sebanyak 1 kg per 100 kg tebu, dengan produktifitas tebu secara nasional sekitar 6 ton per hektar, artinya potensi pendapatan petani yang hilang mencapai 60 kg atau sekitar Rp486.000, dengan acuan HPP (harga patokan petani) ditetapkan Rp8.100 per kg.