BISNIS.COM, JAKARTA—Pembiayaan defisit anggaran akan mengutamakan penerbitan surat berharga negara (SBN) berdenominasi rupiah.
“Kami akan menghitung. Suplainya [SBN domestik] dimaksimalkan dengan kebutuhan market domestik. Itu yang kami dahulukan, kemudian sisanya baru kami masukkan dari SBN valas kalau domestik tidak bisa menyerap seluruhnya,” ujar Direktur Strategi dan Portofolio Utang Ditjen Pengelolaan Utang Kemenkeu Scenaider C.H. Siahaan, Jumat (17/5).
Scenaider mengatakan pihaknya akan menjaga komposisi SBN valas sekitar 20% dari total penerbitan SBN. Dia mengharapkan komposisi tersebut masih bisa dipertahankan dengan adanya perubahan target defisit anggaran akibat berubahnya asumsi makro dan risiko pembengkakan belanja negara.
Penerbitan SBN merupakan salah satu instrumen pembiayaan defisit APBN. Dalam APBN 2013, defisit anggaran ditargetkan sebesar Rp153,3 triliun atau 1,65% terhadap PDB. Peningkatan defisit anggaran memerlukan penambahan pembiayaan defisit, salah satunya melalui penerbitan SBN.
Dalam APBN 2013, pemerintah menargetkan penerbitan SBN bruto sebesar Rp280,86 triliun atau secara netto sebesar Rp180,44 triliun. Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang, sampai dengan 30 April 2013, pemerintah sudah memperoleh pembiayaan sebesar Rp116,02 triliun atau 41,31% dari target penerbitan SBN bruto sebesar Rp280,86 triliun.
Lebih lanjut, Scenaider mengatakan pemerintah rencananya akan melakukan penerbitan SBN valas domestik di semester kedua tahun ini.