BISNIS.COM, BOGOR—Bercermin dari kasus cabai dan bawang, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) menggelar diskusi bertajuk Kedaulatan Hortikultura: Bercermin dari Kasus Cabai dan Bawang di Auditorium Toyib Hadiwijaya Kampus IPB Darmaga.
Dekan Faperta, Prof. Dr. Ir. Ernan Rustiadi mengundang Mudatsir, STP (Sekjen Dewan Bawang Merah Nasional), Ir. Tjahya Widayanti, MSc Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan RI dan Dr.Ir. Nunung Nuryartono, MSc (Pakar Ekonomi IPB) untuk berdiskusi membahas Hortikultura Indonesia.
Angka laju impor hortikultura saat ini 14,97% untuk sayur dan 21,63% untuk buah. Permintaan sayur dan buah akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan masyarakat. Ironisnya, komoditas impor tersebut sebenarnya bisa diproduksi di Indonesia.
Bulan lalu, setelah ada kebijakan penutupan keran impor produk hortikultura dikecilkan, harga bawang putih langsung melejit.
Kenaikan ini diikuti dengan kenaikan harga bawang merah. Harga kembali turun setelah keran tersebut dibuka kembali.
Kasus kenaikan harga bawang putih hingga mencapai Rp60.000 per kilogran pada Maret lalu seakan mengingatkan kita pada tahun 1995. Saat itu, Presiden Soeharto memerintahkan Fakultas Pertanian IPB untuk membantu mengatasi kenaikan harga bawang.
Kenapa hanya dengan kenaikan harga bawang seorang presiden meminta bantuan. Ternyata kenaikan harga bawang merah dan bawang putih mampu menaikkan inflasi. Berbeda dengan produk horikultura lain.
“Jika apel atau pear naik, maka ada subtitusi lain. Konsumen bisa beralih ke pepaya atau jeruk. Jika yang naik adalah bawang putih dan bawang merah, 2% saja maka sudah dipastikan akan terjadi inflasi,” ujar Prof. Sobir Kepala Pusat Kajian Hortikulturs Tropika saat menjadi moderator dalam diskusi tersebut dalam siaran pers IPB hari ini, Rabu (17/4/2013).
Sementara itu menurut Dr. Nunung, jika memperhatikan pola dan struktur pasar pada komoditas bawang putih, bawang merah dan cabai, ada yang menarik di sana. Ia tidak melihat pola yang muncul dari data bawang merah yang didapat dari Kementerian Perdagangan tahun 2012-2013.
Lalu siapa yang menikmati kenaikan harga? Dari data Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat pada tahun 2009 di pasar induk dan sentra produksi, harga saling berfluktuasi terjadi di pasar induk dan sentra produksi.
“Ini berarti transmisi harganya bagus. Nah, data tahun 2011 fluktuasi harga di produsen tidak sama dengan di pasar induk. Saya menduga ada perubahan struktur pasar baik di distribusinya maupun di pedagang [ada permainan harga],” ujarnya.