BISNIS.COM, SEMARANG – Kementerian Perhubungan akan membangun jalur ganda layang (elevated track) kereta api di Kota Semarang, sebagai antisipasi kepadatan arus lalu lintas dan penurunan tanah yang semakin parah di Ibu Kota Provinsi Jateng itu.
Rencana jalur KA ganda layang ini akan membentang dari Kalibanteng hingga Kaligawe dan menurun di Alastua sepanjang 8,2 km. Proyek ini diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp2,46 triliun.
Direktur Prasarana Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Arief Heryanto mengatakan pembangunan jalur rel layang ini guna mengantisipasi penurunan tanah di stasiun tawang dan poncol.
“Setiap tahun tanah di Tawang dan Poncol turun sekitar 10cm akibat rob. Selain itu, banjir juga sering masuk stasiun, sehingga Semarang sudah membutuhkan elevated track,” ujarnya ketika dihubungi oleh Bisnis, Kamis (21/3/2013).
Selama ini Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia mengantisipasi penurunan tanah dan banjir dengan meninggikan jalan rel. Dibutuhkan biaya sekitar Rp1,2 miliar pertahun untuk pemeliharaan dan meninggikan rel .
Arief mengatakan saat ini pihaknya sedang menyelesaikan detail engineering design (DED yang ditargetkan rampung tahun ini. Selanjutnya akan Kemenhub akan mempreoses perizinan dan pembebasan lahan.
“Pada tahun depan diharapkan pembebasan lahan dan beberapa proyek kontruksi kecil bisa berjalan. Adapun konstruksi besar akan dilakukan pada 2015 dan diharapkan bisa selesai 2016,” ujarnya.
Dia mengatakan biaya investasi untuk pembangunan rel layang ini masih terus dihitung. Namun diperkirakan nilainya berkisar Rp2,4 triliun. “Untuk setiap kilometer butuh investasi Rp200 miliar—Rp300 miliar, sehingga 8,2 kilometer butuh sekitar Rp2,4 triliun.
Rencana jalur KA ganda layang ini akan membentang dari Kalibanteng hingga Kaligawe dan menurun di Alastua. Pada saat bersamaan juga sedang dikerjakan jalur ganda yang diperkirakan akhir tahun 2013, keseluruhan pekerjaan tersebut selesai.
Jalan rel yang ada di Kota Semarang membentang sepanjang 22 kilometer. Sementara perlintasan sebidang terdapat 58 pintu perlintasan baik dijaga maupun tidak di sepanjang jalur rel (single track). Di sepanjang jalan rel tersebut dilayani 6 stasiun, seperti Stasiun Mangkang, Stasiun Jrakah, Stasiun Poncol, Stasiun Tawang, Stasiun Gudang (tidak operasi sementara) dan Stasiun Alastua.
Dalam sehari ada 66 perjalanan KA yang melintas di jalur ini, namun setelah jalur ganda selesai akan meningkat menjadi 200 perjalanan KA dalam seharinya. Rata-rata sekitar 7 menit KA akan melintas di perlintasan sebidang. Hal itu akan merepotkan penjaga pintu perlintasan harus melaklukan buka tutup dan menambah antrian panjang kendaraan bermotor di jalan raya yang sebidang dengan jalan rel.
Pengamat Transportasi Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Djoko Setijowarno mengatakan, Jakarta adalah kota pertama di Indonesia yang mengoperasikan jalur ganda KA layang, sepanjang lebih kurang 9 kilometer dari Stasiun Manggarai ke Stasiun Kota (Beos) sejak 1992.
Sesungguhnya untuk menghilangkan perlintasan sebidang tersebut dapat diberikan solusi beberapa alternatif, seperti membangun flyover (jalan layang) atau underpass (jalan terowongan) untuk jalan raya dan elevated (jalan KA layang) atau tunnel (jalan KA bawah tanah) untuk jalan KA.
“Dari keempat alternatif tersebut dipilih elevated dengan mempertimbangkan aspek lalu lintas jalan raya, operasi KA, aspek keselamatan, pemilihan teknologi, biaya pemeliharaan, biaya pembangunan konstruksi dan pengembangan wilayah,” ujarnya. (k39/dba