JAKARTA--Anggota Komisi IV berharap pemerintah menumbuhkan sentra produksi alternatif bagi komoditas bawang merah agar tidak terlalu berpusat di Pulau Jawa guna menghindari kelangkaan dan kenaikan harga di luar kewajaran.
Anggota Komisi IV Ma'mur Hasanuddin mengatakan sebagian besar sentra produksi bawang merah saat ini berpusat di Jawa Barat, sebab itu pemerintah perlu mengembangkan sentra produksi alternatif di berbagai daerah selain Pulau Jawa dengan insentif tata niaga yang berimbang dan infrastruktur distribusi yang rapi.
Selain itu dia juga mengungkapkan pemerintah perlu mendorong intensifikasi produksi bawang merah dengan benih yang baik secara kuantitatif maupun kualitasnya ketika menghadapi cuaca ekstrim.
Komentar tersebut terlontar lantaran harga bawang di beberapa kota mengalami kenaikan dalam sepekan terakhir. Harga bawang merah dan bawang putih di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar naik hingga mencapai Rp25.000/kg dari sebelumnya Rp19 ribu/kg.
Kenaikan juga terjadi di Pulau Jawa, yaitu di Solo. Saat ini harga bawang putih di soli mencapai Rp17.500/kg, padahal biasanya harga komoditas tersebut Rp12.000/kg.
“Kenaikan bawang merah saat ini tidak mengungtungkan bagi petani maupun konsumen. Petani mengalami kegagalan panen, sedangkan konsumen daya konsumsinya lemah,” ujar legislator asal Jawa Barat ini, Rabu (20/2/2013).
Ma'mur juga menilai kenaikan harga yang kini terjadi sebagai gambaran lemahnya infrastruktur pertanian yang tidak dapat mengantisipasi faktor cuaca. Meski demikian importasi juga dinilai melemahkan geliat petani dan merusak pasar.
Oleh karena itu dia meminta pemerintah untuk segera memperbaiki manajemen stok guna menekan gejolak harga. Pemerintah juga perlu memonitor proses produksi dan distribusi agar dapat menilai kebutuhan permintaan dan penawaran yang ada.
Selain itu dia juga berharap pemerintah dapat memastikan tidak ada pedagang atau distributor besar yang memanfaatkan situasi untuk mempermainkan harga.(msb)