Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INDUSTRI: Minat Revitalisasi Mesin Terganjal Pajak

JAKARTA--Minat perusahaan tekstil untuk melakukan revitalisasi mesin masih terbilang rendah. Pasalnya, dari sekitar 2.600 perusahaan tekstil, hanya sekitar 600 hingga 700 perusahaan yang sudah melelakukan revitalisasi mesin.

JAKARTA--Minat perusahaan tekstil untuk melakukan revitalisasi mesin masih terbilang rendah. Pasalnya, dari sekitar 2.600 perusahaan tekstil, hanya sekitar 600 hingga 700 perusahaan yang sudah melelakukan revitalisasi mesin.

Padahal, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah memberikan insentif melalui program restrukturisasi mesin untuk industri tekstil sejak 2006 lalu.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ernovian G. Ismy mengatakan walau revitalisasi efektif untuk meningkatkan produksi kerja, namun banyak pengusaha belum berminat melakukan revitalisasi.

"Masalahnya, pemerintah sempat memberikan fasilitas keringanan pajak bagi perusahaan yang revitalisasi, tetapi saat dicek ke Dirjen Pajak, katanya keringanan itu tidak punya dasar, sehingga kita tetap dikenakan pajak secara normal," kelas Ernovian, Jumat (18/1/2013).

Tidak kompaknya Kemenperin dan Dirjen Pajak ini, membuat beberapa perusahaan masih ragu untuk melakukan investasi mesin baru. "Jadi banyak yang tanya pada saya soal pajak itu. Kalau tidak dapat fasilitas kan jadinya sama saja," sambungnya.

Di sisi lain, pihaknya mengakui bahwa revitalisasi mesin tekstil sangat berpengaruh pada peningkatan produktivitas dan efisiensi energi.

Adapun jumlah penyerapan tenaga kerja di sektor ini bisa meningkat menjadi sekitar 60.000 tenaga kerja.

"Produktivitas pasti naik tinggi dan efisiensi energi bisa sekitar 8%," ujar Ernovian.

Pada 2012 lalu, Kemenperin tercatat telah mengucurkan dana bantuan revitalisasi permesinan sebesar Rp110 miliar bagi 122 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) atau 75,8% dari total pagu anggaran.

Direktur Industri Tekstil dan Aneka Kemenperin, Ramon Bangun, menilai program revitalisasi permesinan cukup efektif dalam menjaga kesinambungan produksi industri TPT di Tanah Air.

Melalui program tersebut, pihaknya berharap utilisasi pabrik TPT sehingga akan meningkatkan pangsa pasar TPT di pasar internasional menjadi 2,5% pada 2014. Ekspor TPT nasional juga diharapkan dapat tumbuh rata-rata di atas 10% per tahun dan menembus US$ 15 miliar pada 2014.

Pada tahun ini, Ketua Umum API, Ade Sudrajat memperkirakan industri tekstil akan mengalami stagnansi atau bahkan mengalami penurunan produksi menyusul kenaikan upah karyawan dan listrik.

Padahal sebelumnya API memperkirakan pertumbuhan industri tekstil nasional bisa melampaui 5% tahun ini menyusul adanya investasi dari pemodal asing. "Tekstil tidak akan tumbuh tahun ini, yang tumbuh industri padat modal," kata Ade. (msb)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Martin-nonaktif
Sumber : Christine Franciska

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper