Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KOMODITAS KEDELAI: Panen AS Terganggu, Harga Kedelai Naik

CHICAGO: Harga kedelai kembali naik selama 3 hari berturut-turut setelah pemerintah AS memperkirakan panen petani lebih kecil dari yang ditargetkan tahun ini akibat suhu udara yang mengganggu hasil tanam.Laporan Departemen Pertanian AS (USDA) memprediksi

CHICAGO: Harga kedelai kembali naik selama 3 hari berturut-turut setelah pemerintah AS memperkirakan panen petani lebih kecil dari yang ditargetkan tahun ini akibat suhu udara yang mengganggu hasil tanam.Laporan Departemen Pertanian AS (USDA) memprediksi petani akan memanen 2,692 miliar bushel (73,3 juta metrik ton) pada 2012, turun dari perkiraan 3,056 miliar sebelumnya. Prediksi tersebut merupakan yang terendah sejak 2007. Data juga menunjukkan produksi Agustus merupakan penurunan yang terbesar sejak 1974. “Ini merupakan penurunan terbesar ketiga yang mengejutkan sepanjang sejarah. Pasar kedelai sepertinya akan membuat rekor tertinggi baru,” ujar Richard Feltes, vice president R.J. O’Brien & Associates di Chicago.Harga kontrak kedelai untuk pengiriman November ditutup naik 0,8% menjadi US$16,4375 per bushel pada pukul 14:00 di bursa Chicago Board of Trade. Harga kontrak teraktif itu sudah naik 5% dalam 3 sesi, seperti yang terjadi pada 20 Juli. Komoditas bahan minyak sayur ini telah naik 31% sejak 1 Juni dan mencapai rekor US$16,915 pada 23 Juli.Menurut USDA, cadangan pasokan kedelai sebelum panen tahun depan akan mencapai 115 juta bushel, turun dari 130 juta bushel yang diperkirakan pada bulan lalu. Surplus pada 31 Agustus diperkirakan mencapai 145 juta bushel. Dibandingkan dengan 170 juta bushel yang diprediksi pada Juli. Stok sebelum panen 2013 mewakili 4,2% perkiraan konsumsi, terendah sejak 1965.USDA mengatakan ekspor kedelai akan menjadi 1,11 miliar bushel, turun 18% dari tahun sebelumnya dan merupakan penurunan terbesar dalam 23 tahun. Ekspor kedelai AS mencapai 290.000 ton untuk China, yang merupakan importir dan konsumen terbesar dunia.Berdasarkan catatan Rabobank International per 2 Agustus, penjualan AS untuk kontrak setelah September sudah mewakili 50% dari prediksi ekspor.“Permintaan kedelai global masih belum stabil, sehingga akan terus mendorong harga makin tinggi. China masih menjadi pembeli aktif untuk kedelai AS,” ujar Luke Chandler, kepala analis komoditas Rabobank di London.Data pemerintah menunjukkan kedelai merupakan hasil tanaman terbesar kedua AS setelah jagung yang nilainya mencapai US$35,8 miliar pada 2011.(api)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper