JAKARTA : PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) siap membelanjakan dana APBN sebesar Rp2,54 triliun untuk merealisasikan program listrik pedesaan tahun ini dengan target rasio elektrifikasi meningkat jadi 75,3%.
Direktur Konstruksi PLN Nasri Sebayang mengatakan semula dana yang diusulkan PLN tahun ini sekitar Rp5—6 triliun.
“PLN yang usulkan, kemudian itu dibahas di ESDM dan Keuangan, dan diproses di DPR. Yang punya uang kan pemerintah, pemerintah juga punya skala prioritas, jadi kemudian dievaluasi, ada adjustment-adjustment,” ujarnya ketika ditemui di kantornya, akhir pekan lalu.
Pada 2010, dana APBN untuk lisdes hanya Rp571 miliar kemudian naik hampir enam kali lipat pada 2011 menjadi Rp2,93 triliun, namun turun pada 2012 menjadi Rp2,54 triliun.
Secara total, pada 2012 dana APBN untuk PLN sebesar Rp9,2 triliun, terdiri dari lisdes Rp2,54 triliun dan Rp6,7 triliun untuk pembangkit dan jaringan.
“Dana untuk ketenagalistrikan bukan hanya dari APBN, tapi juga dari APLN dan loan. Dana dari APBN hanya sekitar 15% dari rencana tahun ini Rp67 triliun,” ujarnya.
Dana lisdes sebesar Rp2,54 triliun itu akan digunakan untuk menarik jaringan 20 kv ke desa-desa yang masih belum dilistriki serta untuk mengembangkan energi setempat.
Misalnya, PLN akan membangun pembangkit tenaga surya (PLTS) skala kecil, khususnya di desa-desa yang sangat terpencil.
“Dana lisdes juga untuk pembuatan gardu-gardu distribusi, tegangannya dari 20 kv turun ke 220 volt. Dari situ nyambung ke rumah-rumah,” ujarnya.
Program lisdes penting untuk bisa meningkatkan rasio elektrifikasi nasional. Nasri mengatakan untuk kota-kota besar di Jawa-Bali, saat ini rasio elektrifikasinya sudah sangat tinggi.
Namun masih banyak penduduk di desa-desa yang belum semuanya bisa menikmati listrik, yang mungkin rasio elektrifikasi secara provinsinya sudah relatif tinggi.
Pada 2010 dan 2011 program lisdes menjangkau 28 provinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Pada 2012, meluas ke 31 provinsi seiring dengan pemekaran wilayah di Indonesia.
Tahun ini, dana sebesar Rp2,54 triliun akan difokuskan untuk melistriki 83.478 Rumah Tangga Sasaran (RTS).
“Ada sekitar 83.000 RTS yang akan diberikan listrik murah dan hemat tahun ini,” ujarnya.
Tarif yang diberlakukan pun berbeda. Seperti yang disebutkan dalam Lampiran I Permen ESDM No.7 Tahun 2010, tarif listrik murah dan hemat untuk pelanggan 220 VA yang ada di desa-desa, biaya abodemennya ditetapkan hanya Rp14.800 per bulan.
Lokasi
Ada pun terkait lokasinya, sebelumnya PLN sudah mendiskusikannya dengan pemda setempat dengan mempertimbangkan jumlah penduduk yang ada, jaraknya, urgensinya, dan tentu saja anggarannya.
“Kami memilih lokasinya di mana saja, kami utamakan yang banyak penduduknya. Kami juga lihat langsung ke lapangan, apakah sudah ada infrastruktur jalannya? Kalau belum ada jalan, kami ngga bisa bangun lisdes,” jelas Nasri.
Menurut Nasri, program lisdes relatif tidak mengalami kendala di lapangan, berbeda dengan pembangunan pembangkit skala besar, jaringan transmisi, atau Gardu Induk (GI).
Berbagai elemen masyarakat, mulai dari pemda hingga LSM, sangat mendukung lisdes.
“Kalau transmisi misalnya, kalau masuk hutan mesti dapat izin. Kalau lisdes hampir ngga punya masalah di lapangan. Membangun tiang-tiang listrik kan tidak banyak mengganggu lingkungan, sehingga dukungan dari masyarakat itu sangat tinggi,” jelas Nasri.
Realisasi program ini selalu diaudit oleh BPK dan BPKP, serta rutin dilaporkan ke DPR yang selalu memonitor khususnya terkait apakah dapil mereka sudah dialiri lisdes atau belum.
Program ini diperkirakan baru berhenti jika rasio elektrifikasi Indonesia sudah 100%, yang ditargetkan terjadi pada 2020.
“Lisdes akan habis kalau rasio elektrifikasi sudah 100%. Jadi kami prediksi pada 2020, mungkin lisdes tidak kami bangun lagi,” ujarnya. (Bsi)
BERITA FINAL LIGA CHAMPIONS:
LIGA CHAMPIONS: Matta, Schweinsteiger, Dan Olic Gagal Eksekusi Penalti Bayern Vs Chelsea
LIGA CHAMPIONS: Dramatis! Menang 5-4 Lewat Adu Penalti Atas Munich, Chelsea Juara Liga Champions
ARTIKEL LAINNYA:
ENGLISH NEWS:
+ JANGAN LEWATKAN> 5 Kanal TERPOPULER Bisnis.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel