JAKARTA: Kementerian Kehutanan mendukung penuh pembangunan proyek jalan tol Samarinda-Balikpapan sepanjang 84 km hanya saja perlu dipertimbangkan untuk membelokan trase ke arah Timur.
Direktur Kawasan Konservasi dan Bina Hutan Lindung Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Sonny Partono mengatakan usulan untuk membelokan jalur tersebut sudah dipertimbangkan melalui pantauan dari udara sehingga dapat menghindari kawasan hutan lindung.
Selain itu, pembangunan sebagian jalan yang melalui kawasan hutan lindung, rawa dan danau akan dibangun secara flyover untuk melindungi sumber air kota Balikpapan.
“Ini alternatif kita untuk dibelokan yang penting tidak merusak hutan dan tidak berpengaruh terhadap lingkungan,” ujar Sonny usai rapat dengar pendapat di Komisi V DPR RI, hari ini.
Diakui olehnya, melalui pembelokan trase, jalur yang dilalui dari Samarinda menuju Balikpapan akan lebih jauh dari jarak tempuh yang telah diperkirakan 84 km. Akan tetapi setidaknya, tidak akan merusakan kawasan taman hutan raya Bukit Soeharto sepnjang 24 km dan hutan Lindung Sungai Win (HLSW) 8 km.
Sonny menuturkan secara umum Kementerian Kehutanan mendukung penuh proses pembangunan jalan tol tersebut karena selain dapat membantu pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur, juga karena merupakan bagian
dari ruas potensial yang mendukung strategi masterplan percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia (MP3EI).
Oleh karena itulah, tidak ada larangan dari Kemenhut untuk pembangunan jalan tol yang diperkirakan menelan investasi sebesar Rp6,3 triliun tersebut. Hanya saja yang perlu terus dikaji ialah pemberian ijin trase jalur yang akan dilalui.
“Jangan sampai sudah diijinkan malah diprotes, makanya ada pertimbangan untuk dipagari sisi kiri dan kanan,” ungkapnya.
Menurut Sonny, usulan tersebut telah disampaikan kepada Ditjen Planologi Kementerian Kehutanan untuk proses negosiasi usulan tersebut sehingga dapat seminimal mungkin mengurangi dampak lingkungan.
Ditemui terpisah, Dirjen Planologi Kementerian Kehutanan Bambang Soepijanto mengatakan berdasarkan kajian yang dilakukan oleh tim terpadu, ada tiga opsi pilihan untuk jalur ruas tol Samarinda Balikpapan.
Namun setiap trase memiliki resiko masing-masing. Untuk jalur lurus akan menembus hutan yang beresiko merusak kehutanan. Kedua, jalan menikung dengan berbelok ke arah hutan lindung Manggar namun berisiko akan menggangu suplai air penduduk sekitar yang merusak embung.
Adapun opsi ketiga, jalan dibuat berbelok ke kiri yang melalui kawasan penduduk sehingga pembangungan akan dihadapkan pada pembebasan lahan penduduk
“Kami belum ada keputusan masih dalam bentuk kajian,” ujarnya tanpa menyebut batas waktu proses pengkajian. (sut)