Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KPC alokasikan US$30 juta untuk reklamasi tambang

BALIKPAPAN:  PT Kaltim Prima Coal, produsen batu bara terbesar di Indonesia, mengalokasikan sekitar US$25 juta hingga US$30 juta per tahun untuk biaya pengelolaan lingkungan, termasuk program reklamasi tambang di Kutai Timur, Kalimantan Timur.Dari 

BALIKPAPAN:  PT Kaltim Prima Coal, produsen batu bara terbesar di Indonesia, mengalokasikan sekitar US$25 juta hingga US$30 juta per tahun untuk biaya pengelolaan lingkungan, termasuk program reklamasi tambang di Kutai Timur, Kalimantan Timur.Dari  90.938 hektar (ha) total luasan area pertambangan KPC, sekitar 16% atau baru 14.000 ha telah ditambang. Dari angka 14.000 ha tersebut, sekitar 4.500 ha sudah direklamasi.Sesuai Perjanjian Kontrak Karya Pengusahaan Pertambangan Batu bara (PKP2B) generasi I pada 1982, KPC mendapat izin dari pemerintah untuk mengeksplorasi dan eksploitasi batu bara di wilayah Kutai Timur hingga 2021.General Manager Health, Safety, Environment and Security KPC Imanuel Manege mengatakan perusahaan memperkirakan dari 90.938 ha total areal pertambangan, hanya 30.000 ha yang dieksploitasi sampai akhir izin kontrak PKP2B yang akan berakhir pada 2021.“Target reklamasi saat produksi sampai 2021 sekitar 25.000 hektare lahan yang direklamasi. Sisanya seluas 5.000 hektare dikerjakan [direklamasi] setelah operasi tambang berakhir 2021. Kami memiliki opsi untuk perpanjangan kontrak 2x10 tahun,” kata Imanuel kepada Bisnis, di sela-sela kunjungan ke Tanjung Bara, Sangatta, kemarin.Dia menegaskan dari anggaran sebesar US$25 juta hingga US$30 juta yang dialokasikan perusahaan untuk program-program pengelolaan lingkungan, sekitar 70% di antaranya terserap untuk upaya reklamasi tambang.Program pengelolaan lingkungan lainnya yang dikerjakan perusahaan yakni pengelolaan limbah B3 dan tata air. Selain biaya lingkungan, KPC juga mengeluarkan biaya komitmen tanggung jawab sosial terhadap masyarakat (corporate social responsibility/CSR) sebesar US$5 juta per tahun, dimana sekitar US$1,5 juta di antaranya dikelola secara bersama-sama dengan masyarakat dan pemerintah daerah.Perusahaan, tuturnya, memiliki strategi panjang pascatambang, yakni memberi manfaat yang berkesinambungan ke masyarakat dan membangun kemandirian dan iklim usaha sehingga ketergantungan terhadap tambang dapat berkurang.“Berbagai landasan aspek-aspek tersebut telah kami siapkan mulai saat ini, seperti reklamasi tambang menjadi area peternakan sapi terpadu.”Imanuel menuturkan lahan pascatambang sebenarnya dapat direklamasi dan masih bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti peternakan sapi, perkebunan sawit hingga kolam air untuk kebutuhan air minum.Namun, upaya reklamasi terhadap lahan pascatambang tersebut bergantung pada komitmen [kemauan] dan perencanaan masing-masing perusahaan tambang. “Reklamasi bisa dilakukan dengan menanam kembali, mengelola top soil untuk dilapis kembali di lahan pascatambang dan kemudian ditanami. Tapi memang biayanya mahal. Biaya rekalamasi kami sekitar US$12.500 per ha,” ujarnya.Pada tahun ini, jelas Imanuel, KPC akan mereklamasi seluas 630 ha lahan bekas tambang.  Khusus mengenai program peternakan sapi terpadu (pesat), seluas 22 ha lahan pascatambang dikembangkan menjadi pusat pembibitan, pelatihan usaha ternak sapi bali yang melibatkan masyarakat sekitar. Selain itu perusahaan ini juga mengembangkan program nursery berbagai jenis tanaman dan percobaan penanaman tanaman sawit.“Dari 30.000 ha lahan yang direklamasi hingga izin kontrak berakhir 2021, sekitar 46% di antaranya akan kami alokasikan untuk lahan pemanfaatan, sisanya untuk konservasi,” papar Imanuel.Dia menjelaskan dari target produksi yang ditetapkan perusahaan sebesar 445 juta ton pada tahun ini, diperkirakan realisasinya sebesar 40 juta ton. Ini karena faktor cuaca yang memengaruhi aktivitas produksi.“Target peningkatan produksi batu bara menjadi 70 juta ton per tahun diperkirakan baru tercapai pada 2013. Persiapan-persiapan terus dilakukan termasuk membangun overland conveyorbelt sepanjang 13 kilometer dan perluasan areal tambang di beberapa pit.”Beberapa lokasi pit yang dioperasikan langsung oleh KPC pada 2009 adalah pit Bendili, pit J, Big AB, Kenari, Kasela, dan Inul KWest. Adapun pit yang dioperasikan oleh kontraktor adalah A Bengalon Area (Darma Henwa), Pelikan dan Kangguru (Pama Persada), Melawan, Belut, Beruang, Mustahil, dan Khayal (Thiess). Pada 2009, perusahaan mencatat penjualan batu bara mencapai 38,76 juta ton, dimana sebagian besar di ekspor dan Jepang menjadi negara tujuan utama pemasaran produk KPC.(mmh)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : manda

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper