Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketergantungan pada beras ancam ketahanan pangan

JAKARTA: Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras atau nasi bisa membahayakan ketahanan pangan. Apalagi konsumsi beras rata-rata 139 kg per kapita saat ini, akan semakin melemahkan ketahanan pangan di negeri yang berpenduduk lebih dari 230

JAKARTA: Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras atau nasi bisa membahayakan ketahanan pangan. Apalagi konsumsi beras rata-rata 139 kg per kapita saat ini, akan semakin melemahkan ketahanan pangan di negeri yang berpenduduk lebih dari 230 juta jiwa ini."Padahal sumber karbohidrat itu tidak selalu harus beras, masih banyak pilihan lainnya. Karena itu, masyarakat harus bisa membiasakan diri mengkonsumsi sumber karbohidrat nonberas," kata Indroyono Susilo, Sesmenko Kesra, dalam diskusi Ketahanan pangan untuk mengatasi kemiskinan, hari ini. Diskusi yang diselenggarakan dalam rangkaian memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) tersebut, diadakan oleh Masyarakat Penulis Iptek (Mapiptek) di Hotel Cemara Jakarta.Menurut Indroyono, sektor perikanan juga menjadi salah satu bidang penting bagi terciptanya ketahanan pangan global, yang saat ini bertumpu pada hasil pertanian."Diskusi mengenai keamanan pangan, orang selalu bicara tentang peningkatan produksi. Saya menawarkan untuk mengangkat perikanan sebagai sumber pangan lain yang belum mendapatkan perhatian maksimal," ujarnya.Menurut dia, dengan semakin terbatasnya lahan yang digunakan untuk perumahan, maka ketahanan pangan global akan bergeser ke produk pangan asal laut. Namun, lanjutnya, kebijakan teknologi ini juga harus dibarengi dengan kebijakan nonteknologi lain seperti kebijakan finansial. Kebijakan nonteknologi dilakukan kementerian teknis seperti untuk kebijakan kredit usaha rakyat (KUR).Pembicara lainnya Marliana Adriyani, peneliti dari LIPI, menuturkan umbi-umbian sangat berpotensi menggantikan beras. Misalnya kentang hitam, ubi, ubi kayu, talas, ganyong, gembuli, dan kecondong."Umbi-umbian ini karbohidratnya juga tinggi, belum lagi zat lainnya. Jenis umbian tersebut snagat mudah dibudidayakan, terutama di musim kemarau," ujar Marliana.Agus Hidayat, dari Lapan mengatakan kontribusi lembaganya terkait dukungan ketahanan pangan, salah satunya dengan adanya teknologi penginderaan jauh untuk monitoring sebaran ketersediaan padi dan lahan pertanian."Teknologi itu memberikan informasi yang sebenarnya membantu petani dalam mengolah dan memilih jenis pertanian, terutama di musim kemarau," ungkapnya.Taswanda Taryo, dari Batan, menuturkan pihaknya telah berhasil menciptakan berbagai jenis benih unggul guna mendukung ketahanan pangan Indonesia. Semuanya berkat teknologi nuklir. Termasuk menghasilkan benih-benih unggul lokal."Kebutuhan benih nasional itu sekitar 30 ribu ton per tahun, dan sekitar 5-8% kebutuhan benih itu berasal dari Batan. Benih hasil radiasi jelas lebih unggul dibanding benih biasa. Tahan hama, umur panen pendek, dan rasanya yang enak," ujarnya. (tw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Nadya Kurnia

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper