Menurut Aris Zulhan, Kepala Seksi Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian (BKP) Kelas I Batam, dari hasil verifikasi terhadap media pembawa buah dan sayur impor selisih penurunan sebesar 12,02% dibanding periode yang sama di tahun 2010 lalu sebesar 70,19%.
Itu berarti menunjukan geliat produksi buah dan sayur dari daerah penghasil seperti Sumatera Utara, Riau, Jawa Timur dan Jawa Tengah mulai bangkit."Daerah lain juga didorong untuk mengembangkan usaha produksi agrobisnis dengan orientasi ekspor, negara kita ini masih luas lahannya untuk pengembangan kawasan sayuran yang terdiri dari kawasan intensif, kawasan inisiasi, kawasan sayuran organik, katanya.Meski demikian, Aris menekankan kepada pemerintah kota Batam untuk berperan dalam meningkatkan produktifitas hasil perkebunan maupun pertanian, sehingga mampu berprestasi melakukan ekspor baik buah maupun sayuran dan tidak hanya berwacana soal peningkatan ekspor.Walaupun penurunan angka impor dapat dikategorikan positif, namun BKP mencatat kebutuhan impor buah dari China, Singapura dan Malaysia terbilang masih tinggi.
Komoditi yang dipasok dari ketiga negara tersebut antara lain Melon, Pepaya, Pisang, Semangka, Mangga, Durian, Jambu, Apel, Jeruk, Jeruk Mandarin, Pir dan kentang.Data BKP menyebutkan hingga bulan April 2011, komoditi impor terbesar yakni sayuran segar dari China sebanyak 292 ton dengan frekuensi pemasukan 24 kali.
Diurutan kedua terbesar yakni semangka dari Malaysia dengan volume 193 ton. Melon sebanyak 42 ton, pepaya 91 ton, sawi 16 ton, pisang 8 ton, mangga 41 ton, durian 22 ton, buah naga 48 ton.(api)