Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
JAKARTA: Kementerian Kehutanan mengklaim rendahnya kontribusi subsektor kehutanan terhadap produk domestik bruto (PDB) karena biasnya perhitungan selama ini.Rendahnya sumbangan sektor kehutanan yang hanya 0,8% merupakan contoh kongkret biasnya perhitungan PDB, tutur Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan dalam seminar bertajuk Mengukur Kontribuisi Riil Subsektor Kehutanan dalam Perhitungan PDB, hari ini.
Perhitungannya, menurut Zulkifli, masih konvensional di mana subsektor kehutanan dihitung dari komoditas primer saja yakni log, rotan, dan jasa kehutanan yang memang kecil.
Adapun hasil jasa lingkungan hutan, industri gergajian, kayu lapis, panel kayu, dan venner, serta nilai tambah bruto industri kehutanan lainnya masuk dalam subsektor industri pengolahan migas, bukan subsektor kehutanan.
Menurutnya, masih banyak potensi yang bisa dielaborasi menjadi bagian sektor kehutanan yang bisa memberikan kontribusi PDB yakni hasil produk nonkayu.
Jadi sumbangan sektor kehutanan untuk pembangunan sebenarnya besar, tapi sayang karena biasnya perhitungan PDB yang konvensional itu seolah-olah membuat sumbangan kehutanan sangat rendah.
Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun menyebutkan sumbangan kehutanan terhadap pembangunan sangat besar. Sayangnya, mengalami kemunduran satu dekade terakhir karena maraknya pembalakan liar.
Yang diketahui publik, lanjut Alex, illegal logging menyebabkan pengelolaan hutan serta gerakan industri kehutanan tak optimal. Kemenhut harus lebih keras berupaya membuat standar agar industri kehutanan tumbuh.
Bagaimana diupayakan industri pakai kayu legal supaya pasar menerima, kata Alex yang optimis Kemenhut bisa mengupayakan peningkatan industri kehutanan hingga 20% tahun depan.
Kemenperin mencatat, kontribusi industri hasil hutan (barang kayu dan hasil hutan lainnya) menurun dari 0,92% (2009) menjadi 0,84% (2010). Adapun kontribusi kertas dan barang cetakan juga turun dari 1,24% (2009) menjadi 1,16 % (2010).
Sebaliknya ekspor industri hilir hasil hutan mengalami kenaikan. Menurut Ketua Asosiasi Pulp dan Keras Indonesia (APKI) M. Mansyur, peningkatan ekspor pulp dan kertas karena sejumlah hambatan dalam operasional industrinya sudah tidak ada lagi setahun terakhir.
Ekspor pulp 2010 tercatat US$1,5 miliar, naik dari tahun sebelumnya sebesar US$710 juta (2009). Ekspor produksi kertas juga naik cukup signifikan dari US$3,2 miliar pada 2009 menjadi US$4,2 miliar pada 2010,
Adapun produk furnitur yang sebelumnya (2009) tercatat US$1,1 miliar menjadi US$1,4 miliar pada 2010, sedangkan produk wood working dari US$950 (2009) menjadi US$1,1 miliar pada 2010.
Kebutuhan bahan baku pulp saat ini diperhitungkan 30,7 juta m3, naik dari 2010 sebesar 29,2 juta m3, sedangkan berdasarkan utilisasi kapasitas kebutuhan bahan baku furnitur yang sebelumnya 6,2 juta m3 (2009), naik menjadi 6,8 juta m3 pada 2010. (ra)