JAKARTA: PT Indika Energy Tbk dukung program Indonesia Mengajar angkatan II yang akan mengirim sedikitnya 73 pengajar muda ke wilayah terpencil, terdepan, dan terluar di Tanah Air untuk memeratakan kualitas pendidikan.
Komisaris Utama Indika Group Agus Lasmono mengatakan pihaknya mendukung program ini sejak masih berupa gagasan dari Anis Bawesdan, Pendiri Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. "Harus ada pihak yang mengambil langkah konkrit untuk memeratakan kualitas pendidikan bagi anak-anak yang nantinya akan menentukan masa depan bangsa, ujarnya saat membuka pelatihan 7 minggu bagi para pengajar program IM inim diterjunkan ke berbagai pelosok Indonesia, hari ini.Dalam setahun, tambahnya, program ini mengirimkan dua kali para pengajar muda. Angkatan pertama ada 50 pengajar terjun ke 50 Sekolah Dasar (SD) di 46 desa di 5 kabupaten yaitu di Tulang Bawang Barat, Lampung, Bengkalis, Riau, Paser (Kalimantan Timur), Majene, Sulawesi Barat dan Halmahera selatan (Maluku Utara).Menurut Agus, dalam jangka panjang, misi dari Indika Group adalah meningkatkan kualitas generasi muda dari berbagai daerah pelosok di Indonesia yang dimotori oleh para pengajar muda yang lolos seleksi dengan Indeks Prestasi minimal 3 dalam skala 4.Dia optimistis dalam 10 tahun ke depan, para pengajar muda akan membentuk jaringan pemimpin Indonesia karena sebelum terjun dan selama pelatihan konten yang diberikan adalah pengajaran dan leadership.Anis Bawesdan, Ketua Yayasan Indonesia Mengajar, mengatakan para ibu di Indonesia masih melahirkan para pejuang karena calon pengajar muda yang akan ditempatkan di daerah terpencil benar-benar ikhlas meninggalkan zona amannya di kota besar untuk mengajar selama setahun di pelosok."Untuk menjaring calon pengajar muda, kami roadshow ke universitas-universitas negeri dan swasta. Tahap awal hanya menargetkan 500 pelamar tetapi ternyata ada 1.383 peminat yang akhirnya hanya 51 pelamar kami rekrut sebagai pengajar muda dan kini tengah menempati posnya di 46 desa, jelasnya.Salah satu tahap seleksi adalah dengan mewajibkan peserta membuat essay mengapa mau jadi guru di daerah terpencil. Kumpulan essay mereka akan diterbitkan menjadi buku dan bisa memotivasi generasi muda lainnya untuk berbuat yang sama."Kami tidak menganjurkan mereka menjadi guru bertahun-tahun, cukup setahun setelah itu kembali menekuni disiplin ilmunya masing-masing. Namun, pengalaman turun ke lapangan, berinteraksi dengan masyarakat akan menjadi bekal seumur hidup, tandas Anis.Tak heran jika program IM ini meski baru angkatan kedua, tetapi peminatnya melonjak. Pada angkatan II, jumlah pelamarnya 4.300 orang dari 25 universitas dan terpilih 73 orang untuk penempatan pada Juni mendatang.Saat ini, pihaknya sudah mulai membuka pendaftaran untuk calon Pengajar Muda yang akan menjadi angkatan ketiga. Baru lima hari dibuka jumlah pelamarnya sudah 1.618 orang."Hal ini membuktikan bahwa stigma generasi muda kita sudah rusak tidak betul. Banyak generasi muda Indonesia yang memiliki kepedulian tinggi pada Tanah Air. Mereka memiliki antusiasme dan passion di dunia pendidikan, kata Anis yang juga Rektor Universitas Paramadina.Fakta ini, jelasnya, juga membalikkan logika karena negara ini masih memiliki anak bangsa terbaik yang bersusah payah justru untuk mengajar di tempat yang sulit di jangkau.Anis mengatakan selama 6 bulan pertama penempatan para pengajar muda ini mereka telah mempengaruhi para guru setempat untuk berorientasi pada siswa dengan metode yang konstruktif. Bahkan, mampu menjadi pelatih guru setempat terutama untuk bahasa Inggris dan komputer.Bagi 73 pengajar muda yang segera terjun pada Juni, mereka akan ditempatkan di delapan kabupaten yaitu di Aceh Utara, Fakfak, Papua Barat, Bawean, Gresik, Sangihe, NTT, Kapuas Hulu, Malingping, Lebak, Maluku tenggara dan Rotendau.(yn)