Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham RI, Ini Kata Bappenas

Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight karena ketidakpastian jangka pendek soal kebijakan fiskal dan prospek kuat dolar AS.
Kantor pusat The Morgan Stanley di New York, Amerika Serikat pada Rabu (27/12/2023). - Bloomberg/Angus Mordant
Kantor pusat The Morgan Stanley di New York, Amerika Serikat pada Rabu (27/12/2023). - Bloomberg/Angus Mordant

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri PPN/Kepala Bappenas memberikan tanggapan terkait Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham Indonesia menjadi underweight mempertimbangkan risiko beban fiskal dan pelemahan rupiah terhadap dolar AS.

Suharso menjelaskan, arah belanja pemerintah ke depan yang akan dipimpin oleh presiden terpilih Prabowo Subianto justru lebih diarahkan pada belanja yang sifatnya investasi atau belanja modal.

"Jadi bukan belanja modal yang menimbulkan belanja barang, bukan belanja modal yang memberikan beban utang kepada pemerintah yang pada otoritas fiskal, yang tidak ada sumbernya," katanya usai rapat kerja di Komisi XI DPR, Kamis (13/6/2024).

Suharso mengatakan, dalam hal ini, pemerintahan sekarang juga telah banyak melakukan belanja modal atau investasi langsung dengan skema kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU).

Lebih lanjut, imbuhnya, pemerintah saat ini juga tengah merancang postur anggaran atau RAPBN 2025 yang akan dijalankan oleh pemerintahan baru. Rancangan sejauh ini telah mengakomodir program-program pemerintahan mendatang, termasuk makan siang gratis.

Di sisi lain, APBN yang telah ditetapkan tetap dapat diubah oleh pemerintahan baru melalui mekanisme APBN Perubahan (APBN-P).

"Ini kan belum, masih pagu indikatif K/L [kementerian/lembaga] yang menggunakan RPJMN [Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional] lama. Nanti setelah pembahasan ini kita lihat, kita sinkronisasi dengan program-program pak Prabowo," jelasnya.

Untuk diketahui, Morgan Stanley dalam risetnya menilai bahwa arah kebijakan fiskal Indonesia ke depan dan penguatan dolar AS akan menimbulkan risiko terhadap investasi saham.

"Kami melihat ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan serta beberapa kelemahan di pasar valas di tengah masih tingginya suku bunga AS dan prospek dolar AS yang kuat," sebut para ahli strategi termasuk Daniel Blake dalam risetnya, Senin (10/6/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper