Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei BCI: Korupsi jadi Tantangan Terbesar Investasi Asing di RI

Survei Business Confidence Index (BCI) menunjukan korupsi masih menjadi tantangan bisnis, khususnya invetasi asing di Indonesia.
Ilustrasi korupsi/priestslife.org
Ilustrasi korupsi/priestslife.org

Bisnis.com, JAKARTA - Korupsi masih menjadi tantangan terbesar bagi investor asing yang ingin menanamkan modal di Indonesia. 

Hal tersebut dilaporkan dari survei Business Confidence Index (BCI), yang menunjukan bahwa para responden dalam survei tersebut ditanyakan mengenai tantangan yang digambarkan yang akan mempengaruhi Indonesia dalam 12 tahun ke depan. Faktanya, 71% responden mengatakan bahwa korupsi menjadi tantangan terbesar yang mereka hadapi. 

“Jadi [terdapat] peningkatan yang sangat kecil [jika dibandingkan] pada data 2019 dan 2020. Dan ini adalah faktor kunci bagi bisnis di sini,” jelas Sekretaris Kehormatan BritCham Indonesia dan Direktur Pelaksana CastleAsia, Ian Betts dalam International Business Confidence Index (BIC) pada Selasa (23/4/2024).

Dia mengatakan bahwa korupsi telah banyak diberitakan di media dan ranah publik dan telah meluas. Hal ini dikatakan menjadi hambatan bagi investasi asing di Indonesia. 

Tantangan selanjutnya, menurut para responden, yakni inefisiensi birokrasi atau “pita merah” dan lingkungan regulasi yang masing-masing sebesar 70%, kurangnya tenaga kerja terampil yang sebesar 68%, dan kebijakan ketenagakerjaan yang sebesar 64%. 

Meskipun pada survei 2023/2024 kini menunjukan bahwa inefisiensi birokrasi menempati posisi kedua setelah korupsi, nyatanya kategori tersebut mengalami penurunan signifikan jika dibandingkan 2019/2020 yang sebesar 86%. 

Lingkungan regulasi juga dikatakan mungkin akan berfokus pada beberapa kebijakan nasionalis yang lebih kontroversial. Namun kategori ini juga mengalami penurunan dari survei 2019/2020 yang sebesar 76% dan 2018/2019 yang sebesar 78%. Penurunan ini mencerminkan hal yang positif.

“Jadi, beberapa fokus yang ada akan sangat disukai oleh komunitas bisnis,” jelasnya. 

Berikutnya, mengenai tantangan kurangnya tenaga kerja terampil dikatakan telah sedikit teratasi. Pihaknya melihat sedikit optimisme dalam akses terhadap tenaga kerja terampil karena bisnis-bisnis mulai memperoleh dan mengakses tenaga kerja terampil tersebut.

Lalu, kebijakan ketenagakerjaan tetap konstan pada 64% sama seperti 2018/2019. Hal ini dinilai cukup netral menimbang berbagai bisnis dan serikat pekerja yang terlibat dan hubungan keduanya dinilai lebih matang. 

“Jadi secara keseluruhan, ini adalah cerita yang positif, dan tentu saja penurunan dalam ketidakmampuan birokrasi itu disambut baik. Namun, tetap menjadi tantangan bagi bisnis seperti kekurangan tenaga kerja terampil,” terangnya. 

Sebagai catatan BCI merupakan serangkaian potret singkat mengenai perekonomian dan kinerja pemerintah yang mencerminkan kepercayaan bisnis secara keseluruhan. Hal ini meliputi pendapatan, jumlah karyawan, laba dan investasi di masa depan. 

Survei ini berisi 90 responden yang dikumpulkan secara daring pada 7 Maret - 3 April 2024. Sektor bisnis paling banyak berasal dari Jasa sebesar 26%, energi dan sumber daya alam sebesar 14%, serta infrastruktur dan konstruksi yang sebesar 13%. Terakhir kali survei ini dilakukan pada 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper