Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Dunia Terpeleset Imbas Stok AS yang Meningkat

Harga minyak mentah dunia turun pada Kamis (28/2/2024) imbas stok minyak AS yang meningkat.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah Brent mengalami penurunan pada hari Kamis (29/2/2024) usai menyentuh US$83 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) mendekati US$78.

Dikutip dari Bloomberg, selama lima minggu berturut-turut, stok minyak mentah AS mengalami peningkatan sebesar 4,2 juta barel, lebih kecil dari perkiraan laporan, bahkan stok juga meningkat di Cushing.

Pengukuran inflasi yang disukai Federal Reserve (The Fed), yakni Personal Consumption Expenditures (PCE) atau dikenal indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti, akan dipublikasikan pada Kamis malam.

Hal ini mengikuti pernyataan dari para pejabat bank sentral pada beberapa pekan terakhir, yakni The Fed tidak akan tergesa-gesa memulai kebijakan memotong suku bunga.

Kebijakan tersebut akan memengaruhi nilai tukar dolar AS, komoditas, dan kondisi permintaan terhadap energi lebih luas.

Harga minyak mentah diperkirakan akan terus mengalami kenaikan bulanan kedua, walaupun harga minyak masuk dalam rentang perdagangan yang ketat.

Kemajuan tersebut didukung oleh pengurangan suplai dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau dikenal Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak di dunia dan sekutunya. Organisasi tersebut juga diperkirakan akan menyetujui perpanjangan pengurangan suplai sampai kuartal II/2024. 

Akan tetapi, terdapat kekhawatiran terkait prospek permintaan minyak sebab pertumbuhan konsumsi China akan berpeluang lambat akibat kondisi perekonomian lebih lemah.

Kini, sinyal positif masih tersedia dengan rentang waktu dalam pola bullish dan terbelakang.

Kepala Ekonom Trafigura Group Saad Rahim menegaskan pasar dalam kondisi yang relatif ketat. Dia juga mengutip beberapa hal, termasuk “tanda-tanda kehidupan” dalam manufaktur global dan petrokimia dan

“Anda lebih sering mendengar ungkapan 'risiko naik' dibandingkan beberapa tahun terakhir," ujarnya. (Ahmadi Yahya)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper