Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara menguat di tengah India yang meningkatkan proyeksi permintaannya. Harga crude palm oil CPO juga menghijau di tengah data ekspor Malaysia yang justru melesu.
Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Selasa (27/2/2024), harga batu bara berjangka kontrak Maret 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Senin (26/2) mencatatkan penguatan sebesar 2% atau 2,50 poin ke level 127,75 per metrik ton.
Kemudian, kontrak pengiriman untuk April 2024 juga menguat sebesar 3,01% atau 3,75 poin ke level 128,50 per metrik ton.
Mengutip Reuters, India telah menaikkan perkiraan puncak permintaan listrik karena konsumsi energi yang terus melampaui ekspektasi. Hal ini mendorong India untuk memperluas penggunaan tenaga batu baranya.
Menurut orang-orang yang mengetahui hal ini, pejabat pemerintah kini memperkirakan permintaan listrik akan melonjak hingga mencapai 384 gigawatt dalam 12 bulan hingga Maret 2032. Peningkatan perkiraan tersebut naik 5% jika dibandingkan dari perkiraan pada Mei 2023.
Pertimbangan dinaikkannya proyeksi tersebut dilakukan setelah adanya peningkatan permintaan yang tajam pada tahun lalu, ketika suhu yang panas mendorong orang-orang menggunakan AC dan pompa untuk irigasi.
Baca Juga
“Selama tiga tahun ke depan, India akan menambah permintaan listrik yang kira-kira setara dengan konsumsi Inggris saat ini,” jelas Badan Energi Internasional (EIA) dalam laporan pada Januari 2024.
Harga CPO
Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Maret 2024 telah menguat 19 poin menjadi 3.988 ringgit per metrik ton. Kemudian untuk kontrak acuan pada Mei 2024, kelapa sawit menguat sebesar 15 poin menjadi 3.868 ringgit per metrik ton.
Mengutip Reuters, minyak sawit berjangka Malaysia telah ditutup lebih tinggi pada hari Senin, (26/2) setelah membukukan kenaikan mingguan minggu lalu, meskipun data ekspor yang lemah membebani kontrak.
“Ekspor Malaysia pada 1-25 Februari turun 11% dibandingkan periode yang sama yang ditinjau. Dengan harga olein sawit yang terus berada pada harga tertinggi dibandingkan minyak kedelai selama lebih dari sebulan, prospek ekspor sawit menjadi suram,” jelas analis senior analis di Fastmarkets Palm Oil Analytics, Sathia Varqa.
Para pelaku pasar juga menantikan data produksi tanggal 1-20 Februari yang akan dirilis minggu ini, yang diperkirakan lebih rendah dan dapat mendukung pemulihan harga, tambahnya
Menurut perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri, ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia pada 1-25 Februari 2024 turun 14,3% menjadi 863.108 ton dari periode yang sama pada Januari 2024 yakni 1.006.930 ton.
Sementara itu, perusahaan survei kargo Intertek Testing Services, ekspor minyak sawit Malaysia pada periode 1-25 Februari 2024 juga menurun 10,7% menjadi 951,409 metrik ton, dari periode 1-25 Januari 2024 yang sebesar 1.006.930 ton.
Kontrak minyak kedelai Dalian, DBYcv1, turun 0,77%. Kontrak minyak sawit, DCPcv, turun 0,11%. Harga minyak kedelai di Bursa Chicago (CBOT), BOc2, turun 0,36%.
Harga minyak kelapa sawit cenderung menguji ulang support di 3.813 ringgit per metrik ton, dengan peluang bagus untuk menembus level tersebut dan turun menuju 3.789 ringgit. Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup stabil terhadap dolar AS pada Senin (26/2).