Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa lonjakan harga minyak dunia, terutama yang disebabkan oleh perang Israel vs Hamas perlu diwaspadai.
Dia mengatakan, pada 2022 saat terjadi perang Rusia dan Ukraina, harga minyak dunia sempat meningkat hingga ke level US$128 per barel hanya dalam waktu kurang dari sebulan, dari level sebelumnya pada kisaran US$60-US$70 per barel.
“Dengan adanya perang di Palestina, dan itu adalah zona Timur Tengah, zona produksi minyak dan gas terbesar dunia, gejolaknya mulai terefleksi, sempat harga minyak turun di US$80-an, sekarang melonjak ke US$90,” katanya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (25/10/2023).
Dia mengatakan, situasi yang sama juga perlu diwaspadai pada harga gas, meski secara tahun berjalan masih mengalami penurunan harga, tapi ada kecenderungan meningkat.
Kementerian Keuangan mencatat realisasi subsidi dan kompensasi energi mencapai Rp219,8 triliun hingga September 2023. Sri Mulyani menyampaikan bahwa subsidi dan kompensasi listrik hingga September 2023 telah mencapai Rp77,9 triliun.
“Dari sisi subsidi kompensasi listrik, sudah dibelanjakan Rp77,9 triliun, ini artinya Rp8,7 triliun per bulan,” imbuhnya.
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, dari realisasi tersebut, artinya sebanyak 48,2 juta diberikan keringanan dengan subsidi dan kompensasi oleh pemerintah.
Selain itu, Kemenkeu mencatat subsidi LPG 3 kg telah terealisasi sebesar Rp46,5 triliun untuk penyaluran sebanyak 5,4 juta metrik ton.
“Ini berarti setiap bulan kita mengeluarkan Rp5,2 triliun per bulan agar masyarakat bisa memasak dengan LPG 3 kg dengan harga yang masih sangat terjangkau dan belum diubah meskipun harga minyak dan gas mengalami perubahan,” jelasnya.
Di sisi lain, realisasi subsidi dan kompensasi BBM telah mencapai Rp95,4 triliun hingga September 2023. Ini artinya, pemerintah belanja subsidi dan kompensasi sebesar Rp10,6 triliun setiap bulannya.