Bisnis.com, JAKARTA - Permasalahan di perkotaan ternyata masih saja ditandai dengan kaum marginal yang sulit mengakses pelayanan dasar dan kebudayaan di kota yang mulai luntur.
Tata kelola pemerintahan menunjukkan penegakan hukum yang lemah dan partisipasi masyarakat rendah.
Penataan ruang yang tidak konsisten menyebabkan kemacetan lalu lintas yang makin parah diiringi dengan penurunan kualitas udara yang terus memburuk, karena transportasi publik interkota maupun antarwilayah yang tidak memadai dan ruang terbuka hijau publik minim.
Ekonomi perkotaan belum berhasil. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya jumlah pengangguran dan/atau pekerja serabutan, serta munculnya neoliberalisasi.
Kemudian, degradasi kualitas lingkungan kota akibat konversi lahan yang tinggi dan meningkatnya polusi udara, serta banjir di perkotaan. Pelayanan publik pun masih kurang memadai, seperti transportasi umum yang belum memadai dan tidak tersedianya rumah layak huni bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok muda.
Dalam hal transformasi dan perkembangan pembangunan di perkotaan, globalisasi berdampak kepada kemudahan untuk memperoleh informasi (positif), dan kebudayaan yang mulai luntur (negatif).
Baca Juga
Demokratisasi memberi harapan kepada pemilihan kepala daerah langsung (positif), namun tidak bisa dihindari kebijakan populis (negatif).
Kota merupakan wujud peradaban manusia di bumi, habitat kota yang menyehatkan dan menyejahterakan untuk semua. Kota memberikan ruang, peluang, dan tantangan bagi manusia untuk mengembangkan diri. Kota harus untuk semua, baik warga asli maupun pendatang, si kaya dan si miskin, tua dan muda, generasi sekarang dan mendatang.
Kota mendorong inisiatif dan prakarsa masyarakat perkotaan, berpartisipasi, dan bekerja sama dalam melakukan perubahan, serta gerakan bersama, menciptakan mekanisme dan reformasi birokrasi dalam pelaksanaan kegiataan penataan kota yang mengakomodasi inisiatif masyarakat secara berkesinambungan.
Kota memberikan tempat habitat manusia, menyediakan tempat tinggal yang layak, aman, sehat, dan nyaman, serta infrastruktur prasarana-sarana dasar perkotaan yang sehat untuk semua, termasuk anak-anak, lansia, dan disabilitas. Kota memberikan fasilitas dan kesempatan untuk memiliki tempat tinggal, pekerjaan, pendidikan, layanan kesehatan, dan penghidupan layak yang sama bagi semua, untuk bekerja dan berkarya.
Habitat kota dibangun dengan menjaga dan memupuk aset-aset kota-wilayah, seperti aset manusia dan warga yang terorganisasi, lingkungan terbangun, keunikan, dan kehidupan budaya, kreativitas dan intelektual, karunia sumber daya alam, serta lingkungan dan kualitas sarana prasarana kota. Kota menyediakan hunian yang terjangkau, baik secara finansial (tersewa/terbeli/ termiliki), spasial (aksesibel, strategis), maupun sosial (kelompok marginal, masyarakat menengah bawah, dan generasi muda).
Habitat sehat kota memberikan ruang warga untuk berinteraksi agar mereka memberi perhatian terhadap masalah perkotaan, seperti banjir, pencemaran air dan krisis air bersih, kemacetan lalu lintas dan polusi udara, pengolahan sampah dan limbah, serta kemiskinan dan kampung kumuh. Warga kota merupakan sumber daya manusia, potensi penggerak dan sasaran pembangunan yang tidak akan pernah habis. Mereka dapat memberikan solusi segar dalam mengatasi berbagai persoalan kota yang ditempatinya.
Pemerintah kota bisa memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan, berbagai platform media sosial dengan infografik menarik, untuk menyebarkan informasi, mengenalkan persoalan klasik kota ke warga, mendengarkan suara warga, serta cepat tanggap memberikan alternatif solusi untuk setiap persoalan yang dihadapi warga. Pemerintah kota dapat bekerja sama dengan komunitas warga untuk menyelenggarakan sayembara perkotaan dalam rangka mencari solusi segar masalah perkotaan.
Warga diberi peluang untuk menciptakan aplikasi terkait dengan penataan kota, kemudahan layanan publik, gagasan menghidupkan ruang publik kota, aksi bersih sampah, budaya berjalan kaki, bersepeda, atau naik angkutan umum. Ruang-ruang publik sebagai representasi habitat sehat kota, seperti taman kota, taman skateboard atau parkour, dinding-dinding kota berhiaskan mural, amphitheater terbuka untuk berkesenian, harus terus disediakan pemerintah kota untuk menyemai aspirasi warga yang selalu inovatif, kreatif, dan inspiratif dalam menghidupkan kota.
Sesuai rekomendasi PBB, pemerintah kota perlu meningkatkan literasi masyarakat soal perubahan iklim, menegakkan keadilan lingkungan hidup, menciptakan lapangan kerja ramah lingkungan, melibatkan partisipasi generasi muda terhadap aksi iklim, serta melindungi keanekaragaman hayati dan pertanian berkelanjutan.