Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) menyampaikan bahwa progres pembangunan smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik atau Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) sudah mencapai lebih dari 75 persen.
Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, mengatakan bahwa sampai dengan saat ini pembangunan smelter di Gresik sudah mencapai 76 persen.
“Akhir Agustus itu (progres) sudah 76 persen,” kata Tony saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski, Selasa (26/9/2023).
Diketahui, Smelter milik Freeport ini memakan biaya mencapai US$2,2 miliar atau sekitar Rp33 triliun untuk pembangunannya, di mana total biaya smelter baru dan ekspansi smelter diprediksi akan menghabiskan biaya hingga US$3 miliar atau kurang lebih Rp45 triliun.
Secara rinci, dari total biaya tersebut digunakan untuk pemadatan tanah hingga pemasangan tiang pancang, di mana dari perkembangannya untuk pembangunan tiang pancang telah selesai hingga 100 persen, pekerjaan beton di 67 persen, instalasi baja 36 persen, instalasi baja di area tangki 32 persen, dan pembangunan pelabuhan sudah 98,6 persen.
Lebih lanjut, untuk progres rampungnya smelter ini, Tony mengatakan bahwa pihaknya menargetkan akhir tahun ini pembangunan bisa rampung.
Baca Juga
“Akhir tahun ini konsen selesai [konstruksi], bulan Mei bisa mulai beroperasi,” ujarnya.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan proyek pembangunan pabrik smelter PT Freeport Indonesia di Gresik rampung pada Mei 2024.
“Saya datang ke Gresik mau mengecek Smelter PT Freeport Indonesia selesainya sudah berapa persen? Jangan-jangan tidak ada progres yang saya denger lebih dari 60 persen [perkembangannya] tetapi saya akan cek betul. Sehingga diharapkan Mei 2024 PT Freeport Indonesia juga bisa menyelesaikan smelternya,” kata Jokowi kepada wartawan, Selasa (20/6/2023.
Orang nomor satu di Indonesia itu optimistis apabila pembangunan pabrik foil tembaga PT Hailiang Nova Material Indonesia dan pabrik smelter PT Freeport Indonesia dapat rampung pada Mei 2024, maka ekspor bahan mentah untuk komoditas tembaga benar-benar dapat dihentikan.
“Artinya kita tidak lagi ekspor bahan mentah tembaga, karena bahan mentah itu diproduksi dalam Negeri akan menjadi katoda tembaga yang nilai tambahnya berlipat dan kesempatan kerja ada di dalam negeri,” pungkas Jokowi.