Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Pastikan Tesla Elon Musk Akan Investasi di RI, tapi Bukan Pabrik Mobil

Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan bahwa Tesla milik Elon Musk bakal tetap berinvestasi di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu CEO Tesla Elon Musk di Giga Factory, Austin, Texas / Dok. Instagram Luhut.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu CEO Tesla Elon Musk di Giga Factory, Austin, Texas / Dok. Instagram Luhut.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan membeberkan, produsen mobil listrik Tesla Inc bakal berinvestasi di Indonesia pada sisi mid-stream bahan baku baterai listrik. 

Luhut mengatakan, rencana investasi yang makin jelas dari Tesla Inc. itu bakal memperkuat portofolio investasi perusahaan Amerika Serikat (AS) di sisi penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik di dalam negeri. 

Situasi itu, kata Luhut, bakal mempermudah negosiasi Indonesia untuk mendapatkan fasilitas insentif pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan rantai pasok kendaraan listrik dari AS yang tertuang dalam paket kebijakan Inflation Reduction Act (IRA). 

“Sekarang kan Ford sudah ada di kita, kemudian juga Tesla juga mau masuk, bukan mobilnya, masuk dalam bahan prekursor untuk baterai litium,” kata Luhut saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/9/2023). 

Kendati demikian, Luhut mengatakan, pemerintah masih belum mendapat kepastian untuk mendapat fasilitas perjanjian perdagangan bebas terbatas atau limited free trade agreement (FTA) dengan AS hingga saat ini. 

Adapun, limited FTA itu menjadi salah satu syarat bagi negara-negara lain untuk dapat mengakses insentif EBT dan rantai pasok kendaraan listrik yang diatur dalam kebijakan IRA tersebut.

Seperti diketahui, IRA memperketat kriteria mineral logam yang dapat menerima insentif kendaraan listrik yang dialokasikan pemerintah AS selepas 2023. 

Beberapa kriteria itu, di antaranya mewajibkan mineral logam diolah di AS serta bahan baku yang diperoleh mesti berasal dari sejumlah negara yang telah memiliki FTA dengan pemerintah AS. Dominasi perusahaan China pada industri smelter Indonesia juga turut menjadi perhatian pemerintah AS.  

“Saya kira negosiasi masih jalan, jadi November nanti kita berharap akan mulai terlihat bentuknya. Sampai sekarang saya lihat negosiasinya sangat bagus,” kata dia. 

Seperti diketahui investasi dan potensi pasar baterai listrik Indonesia saat ini terhalang oleh kebijakan IRA dan Critical Raw Materials Act (CRM) milik Uni Eropa. 

Selain IRA, CRM mewajibkan agar pabrik hilir dari turunan mineral kritis seperti sel baterai mesti berdekatan dengan industri mobil listrik di negara anggota Uni Eropa. Kebijakan itu ingin memastikan nilai tambah pengolahan mineral tetap berada di benua biru.

Sebelumnya, Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengatakan, kepastian FTA terbatas itu menjadi krusial bagi industri penghiliran bijih nikel menuju baterai kendaraan listrik Indonesia untuk mendapat kepastian pasar yang luas di Amerika Serikat dan negara-negara benua biru.   

“Indonesia memang mengusahakan semaksimal mungkin membuat free trade agreement khusus spesifik battery materials, kalau ini bisa goal, artinya tidak ada isu battery materials kita ke seluruh dunia,” kata Toto saat ditemui di Jakarta, dikutip Selasa (13/6/2023).   

Kendati demikian, Toto mengatakan, pasar material kritis dan baterai listrik Indonesia relatif telah diterima di Inggris. Berbeda dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat yang menerapkan subsidi diskriminatif untuk beberapa negara, pemerintah Inggris terbilang terbuka untuk bahan mentah dan baterai listrik Indonesia.   

“Jadi kemarin kalau bisa dilihat dengan UK [Inggris] itu sudah diterima, tidak ada isu lagi, tinggal IRA [AS] dan Eropa ya,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper