Bisnis.com, JAKARTA – Norwegia terus memperkuat kerja sama dengan 11 negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Asean) melalui pendanaan sektor transisi energi yang mencapai Rp37,4 miliar.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan Norwegia telah mengucurkan pendanaan sekitar US$2,5 juta atau setara Rp37,4 miliar (kurs Rp14.957 per dolar AS) untuk periode 2022-2025.
“Di tengah tantangan global terkini yang dipenuhi rivalitas, Asean memerlukan dukungan dari seluruh mitra, termasuk Norwegia untuk mewujudkan visi Asean sebagai Epicentrum of Growth," ujarnya dalam ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conferences (AMM/PMC) 2023 di Jakarta, Jumat (14/7/2023).
Bila melihat dari sisi besaran pendanaan, jumlah tersebut dapat disebut kecil dari total kebutuhan pendanaan transisi energi di Asean.
Sementara itu, melansir dari laman Indonesia.go.id, Jumat (14/7/2023), Asean setidaknya membutuhkan pendanaan senilai US$29,4 triliun hingga 2050 untuk melakukan transisi energi.
Investasi yang dibutuhkan, yakni untuk kepentingan ketenagalistrikan melalui pengembangan solar PV, pembangkit listrik tenaga air, dan energi terbarukan lainnya. Kemudian untuk jaringan dan fleksibilitas melalui transmisi nasional dan internasional, distribusi, dan penyimpanan.
Baca Juga
Termasuk juga, pembiayaan untuk pasokan biofuel serta kendaraan dan pengisian baterai kendaraan listrik.
Adapun dalam pidato pembukaan AMM/PMC 2023, Menlu Retno yang menggunakan batik dengan warna dasar hitam dan biru dongker tersebut mendorong penguatan hubungan ekonomi antara Asean dengan Norwegia.
Selama 8 tahun hubungan tersebut telah menghasilkan sejumlah kerja sama signifikan di bidang hak asasi manusia (HAM), energi, dan perubahan iklim. Hubungan perdagangan kedua pihak juga meningkat tiga kali lipat melalui Asean – EFTA (European Free Trade Agreement).