Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini diproyeksi cukup kompetitif di antara negara-negara mitra dagang lainnya. Bank Indonesia (BI) memerkirakan pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini berada di kisaran 4,5—5,3 persen.
Kisaran pertumbuhan ekonomi nasional hampir setara China dengan proyeksi tumbuh sebesar 5,2 persen, dan jauh di atas Jepang 1,8 persen, Korea Selatan 1,7 persen, dan Amerika Serikat (AS) sebesar 1,4 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya kalah dari India yang diperkirakan mencapai 6,1 persen. Namun, tren ekspor-impor yang mengalami penurunan bisa menjadi warning terhadap pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor-impor Indonesia sama-sama mengalami penurunan dalam laporan Februari 2023.
Dari sisi ekspor tercatat ada penurunan sebesar 4,51 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dan 4,15 persen secara bulanan (month-to-month/MtM).
Sementara dari sisi impor, BPS melaporkan terjadi penurunan sebesar 4,32 persen secara tahunan dan 13,68 persen secara bulanan.
Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai kondisi yang kontradiktif tersebut di atas menjadi peringatan bagi RI dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Jika tren penurunan ekspor-impor ini berlangsung hingga memasuki semester II/2023, proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini bisa termoderasi ke kisaran 4,7-4,9 persen,” ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (16/3/2023).
Untuk mengantisipasi hal itu, RI dinilai mesti segera melakukan antisipasi, termasuk dengan mengambil langkah diversifikasi pasar ekspor.
Sementara itu, lanjutnya, Indonesia harus mampu menanfaatkan momentum kenaikan konsumsi domestik pada periode lebaran Idulfitri pada April 2023 yang diharapkan berpengaruh positif terhadap impor.