Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belum Impor KRL Bekas Jepang, PT KCI Tunggu Ini Dulu

PT KCI belum impor KRL bekas dari Jepang dan menunggu izin dari pemerintah dan audit dari BPKP.
Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) berada di stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) berada di stasiun Manggarai, Jakarta, Senin (20/6/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, BANYUWANGI - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter memastikan belum melakukan impor KRL bekas asal Jepang karena masih menunggu hasil audit dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selesai.

VP Corporate Secretary KAI Commuter Anne Purba mengatakan pemesanan akan dilakukan setelah mendapat restu dari pemerintah dan rampungnya hasil audit BPKP.

"Kita memang belum pesan, belum ada izin belum dipesan," ujarnya, setelah penandatanganan kontrak pengadaan kereta, Kamis (9/3/2023).

Anne mengaku hingga kini memang sudah ada solusi dari pemerintah untuk pengadaan kereta bukan baru. Namun, perseroan memilih untuk menindaklanjuti pemesanan setelah adanya pernyataan resmi dari pemerintah.

"Sudah ada solusi dari pemerintah untuk kereta bukan baru. Kami tunggu, nanti kita update," katanya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan kejelasan soal rencana impor KRL bekas dari Jepang yang diajukan PT KCI.

Luhut menjelaskan, keputusan impor KRL akan menunggu hasil audit BPKP. Dia memperkirakan audit tersebut akan rampung dalam 10 hari ke depan.

"Jadi kita audit dulu mengenai kebutuhan, kereta apinya, dan juga harganya. Setelah audit selesai, baru kita tindaklanjuti sesuai dengan langkah-langkah yang sudah disepakati," kata Luhut, Senin (6/3/2023).

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menambahkan jika hasil audit BPKP menunjukkan kebutuhan mendesak untuk melakukan penggantian rangkaian KRL yang segera pensiun, pemerintah akan memprioritaskan opsi retrofit.

Opsi retrofit adalah penambahan teknologi atau fitur baru pada sistem lama. Agus menuturkan, opsi tersebut memungkinkan adanya penyerapan tenaga kerja kerja dalam prosesnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper