Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha ritel mengungkapkan bahwa harga beras di toko ritel modern saat ini masih terus melonjak akibat masih terbatasnya pasokan dari distributor.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey menjelaskan, kenaikan harga beras terjadi mulai pertengahan Februari 2023. Menurutnya, penyebab dari kenaikan harga beras karena saat ini pasokan beras saat ini masih kurang.
"Kenyataannya demikian karena beras itu belum panen dan tebusnya juga mahal. Ya, baru akhir bulan ini naik [Februari]," kata Roy, dikutip Jumat (24/2/2023).
Menurutnya, selama panen raya belum terjadi, harga beras akan terus meroket. Dia menuturkan, panen raya saat ini masih di beberapa daerah saja, sedangkan panen raya nasional terjadi pada Maret hingga April.
"Demand enggak pernah turun dan suplai berfluktuasi. Itu dasar utama kenapa ada pergerakan harga, perubahan harga bahkan ketersediaan yang juga tersedia berkurang dan seterusnya. Jadi case-nya ini adalah demand supply," ungkapnya.
Lebih lanjut, Roy mengatakan, jika pasokan belum berjalan, mau tidak mau peritel menjual beras di atas harga eceran tertinggi (HET). HET beras premium yang berlaku saat ini sebesar Rp 12.800 per kg atau Rp64.000 per kg dalam kemasan lima kilogram yang biasa dijual di ritel.
Baca Juga
“Ya, karena kan di swasta-swasta ini juga waktu menebus berasnya dari penggilingan itu memang udah naik. Karena demand supply tadi. Kenapa tebus mahal karena supply belum panen tapi demand tetap kan,” ucap Roy.
Namun, dia memastikan jika harga beras medium saat ini masih mengikuti ketentuan pemerintah, yaitu maksimal Rp9.450 per kg. Apalagi, Aprindo juga sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Bulog untuk menjual beras medium dengan kualitas premium sesuai HET.
“Nah, kami berharap dapat dilancarkan [pasokannya], kita sudah MoU dengan Bulog, setiap minggu kita evaluasi. Tadi sudah ada kordinasi dengan Pak Kepala Bapanas mana Aprindo punya anggota yang kosong biar diutamakan untuk dipasok,” tutur Roy.