Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Komisi IV DPR RI Sudin mempertanyakan klaim Kementerian Pertanian terkait stok beras nasional yang surplus 6 juta ton pada tahun ini.
Klaim Kementan tersebut berbeda dengan laporan Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang mencatat stok beras nasional pada pekan pertama November 2022 hanya sekitar 6 juta ton.
“Antara swasembada dengan surplus beda. Swasembada itu mencukupi kebutuhan nasional. Kalau surplus kelebihan. Nanti kalau surplus yang 6 juta ini ada atau tidak ada, hanya pejabat yang di Ragunan [Kementan] dan Tuhan yang tahu,” ujar Sudin saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI dengan Badan Pangan Nasional (Bapanas), Bulog, ID Food, dan PT Pupuk di Gedung DPR, Rabu (16/11/2022).
Menurutnya, apabila data Bapanas ditambah dengan klaim Kementan, total stok beras seharusnya berada di kisaran 12,7 juta ton.
"Menurut yang di Ragunan itu, tahu sendiri Ragunan. Ada surplus 6 juta ton, konon katanya," ucap Sudin.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi pun menjelaskan bahwa pihaknya mencatat sebaran stok beras nasional minggu ke-1 November 2022 hanya mencapai 6,71 juta ton. Perinciannya, 3 juta ton atau 50,5 persen berada di rumah tangga, 1,4 juta ton atau 22,1 persen di penggilingan, 800.000 ton atau 11,9 persen di pedagang, 651.000 ton atau 9,9 persen di Bulog, 300.000 ton atau 5 persen di hotel, restoran, café, dan 37.000 ton atau 0,6 persen di Pasar Induk Beras Cipinang.
Baca Juga
“Jadi itu adalah stok, bukan surplus. Stok beras di Perum Bulog per 13 November sebesar 651.000 ton, tentunya sangat rendah dibandingkan kebutuhan bulanan 2,5 juta ton. Kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus, baik pemerintah pusat maupun daerah. Untuk itu, kita akan top up stok Bulog sampai 1,2 juta ton sampai akhir 2022,” jelas Arief.
Oleh karena itu, Arief mengatakan bahwa pihaknya akan berupaya untuk memenuhi stok beras Bulog sesuai yang ditargetkan sebesar 1,2 juta ton, meski harus dilakukan dengan impor.
“Apabila saat tidak cukup diperbolehkan untuk pengadaan dari luar negeri,” kata Arief menjawab pertanyaan Sudin.
Lebih lanjut, Arief menegaskan bahwa cadangan beras Bulog yang cukup sangat penting bagi stabilisasi harga beras di konsumen. Sebab, dengan cadangan di bawah 1 juta ton yang dimiliki Bulog, sangat berkontribusi terhadap naiknya harga beras di pasaran. Apalagi, beras menjadi kontributor inflasi terbesar dari sektor pangan.
“Dalam 3 bulan terakhir yang paling tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Sepanjang 2022, yakni Agustus kenaikan beras berkontribusi sebesar 3,5 persen, September 4 persen, dan Oktober 3 persen,” tutur Arief.