Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gara-Gara Dolar AS, Microsoft Catat Pertumbuhan Penjualan Terlemah Sejak 2017

Microsoft mencatat penjualan pada kuartal yang berakhir 30 September 2022 naik 11 persen menjadi US$50,1 miliar, laju terlemah dalam lima tahun.
Logo Microsoft/ Bloomberg
Logo Microsoft/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Microsoft Corp. mencatat pertumbuhan pendapatan kuartalan terlemah lima tahun akibat lonjakan dolar AS dan penurunan penjualan perangkat lunak Windows. Saham terguncang pada akhir perdagangan.

Dilansir dari Bloomberg pada Rabu (26/10/2022), berdasarkan laporan keuangan perseroan, penjualan pada kuartal yang berakhir 30 September 2022, naik 11 persen menjadi US$50,1 miliar.

Sementara itu, laba bersih mencapai US$ 17,6 miliar, atau US$2,35 per saham. Rata-rata, analis telah memperkirakan penjualan kuartal fiskal I/2022 US$49,6 miliar dan laba US$2,29 per saham.

Meskipun kedua data tersebut melampaui perkiraan rata-rata analis, kenaikan pendapatan dari layanan komputasi awan Azure melambat menjadi 35 persen akibat karena nilai tukar mata uang asing.

Jika tidak memperhitungkan dampak kenaikan dolar AS, penjualan Azure sebenarnya naik 42 persen pada kuartal tersebut.

Chief Financial Officer Microsoft Amy Hood mengatakan pertumbuhan layanan cloud seperti Azure masih kuat, dengan Office 365 untuk bisnis mencatat penjualan sedikit di atas perkiraan, dan mayoritas pelanggan besar yang mendaftar untuk lisensi Microsoft 365 memilih versi teratas.

Perusahaan juga mencatat pertumbuhan dalam kontrak besar dan jangka panjang untuk Azure. Pada saat yang sama, ketidakpastian ekonomi menekan penjualan PC serta pendapatan iklan yang memengaruhi bisnis pencarian dan LinkedIn Microsoft.

"Meskipun kami tidak kebal dari dampak ekonomi makro, kami merasa percaya diri dengan bisnis yang kami investasikan, tingkat pertumbuhan yang kuat, dan posisi di pasar," kata Hood.

Total pendapatan cloud pada periode tersebut naik 24 persen menjadi US$25,7 miliar. Margin kotor dalam bisnis tersebut melebar karena perubahan perhitungan akuntansi. Jika mengecualikan perubahan tersebut, margin menyempit sebesar 1 poin persentase karena Microsoft mendapatkan lebih banyak penjualan dari Azure, yang umumnya memiliki biaya lebih tinggi.

Microsoft juga mencatat bahwa biaya layanan cloud meningkat karena kenaikan harga energi.

Manajer portofolio senior Synovus Trust Co Dan Morgan mengatakan pihak perusahaan sudah mulai mendapatkan perubahan besar dalam survei pengeluaran perangkat lunak. Sekalipun ekonomi melambat namun tetap mencari cara mengawasi pengeluaran.

Saham Microsoft turun 8,1 persen ke US$230,39 dalam perdagangan setelah penutupan menyusul laporan inerja perusahaan. Namun, saham ditutup naik ke US$250,66 pada sesi reguler.

Meskipun melonjak 51 persen pada tahun 2021, namun saham Microsot sudah anjlok 25 persen sepanjang tahun ini di tengah tekanan terhadap saham sektor teknologi besar.

Selain itu, laba margin juga memburuk karena kenaikan biaya energi, terutama di Eropa, yang memotong keuntungan. Hood mengatakan Microsoft akan menghabiskan tambahan US$800 juta tahun ini untuk menutupi kenaikan biaya data.

CEO Microsoft Satya Nadella menambahkan perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington ini akan terus berinvestasi dalam prioritas strategis utama. Namun, Microsoft juga memiliki tujuan untuk membatasi pengeluaran, terutama di sekitar perekrutan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper