Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) segera mengeksekusi penutupan rute-rute penerbangan yang tak menguntungkan bagi perseroan dan mengerucutkannya menjadi hanya sekitar 70 rute yang dapat dilayani.
Direktur Utama Garuda Indonesia (GIAA), Irfan Setiaputra, memaparkan pada 2019 Garuda Indonesia memiliki sebanyak 172 rute yang terdiri dari 133 rute domestik dan 39 rute internasional.
Dia mengatakan jumlah rute bakal dikurangi. Perinciannya, pada 2022 menjadi 96 rute, yang terdiri dari 65 domestik dan 31 internasional.
Pengurangan rute pesawat, juga masih berlanjut pada 2023 menjadi sebanyak 72 rute, terdiri atas 52 domestik dan 20 internasional. Mulai 2024 hingga 2026, Garuda hanya akan melayani sebanyak 74 rute yang terdiri atas 55 rute domestik dan 19 rute internasional.
Pemangkasan rute penerbangan juga berlaku untuk yang dilayani oleh anak usahanya yakni Citilink. Kendati demikian, Citilink masih akan mengoperasikan rute lebih banyak dibandingkan dengan Garuda. Pada 2019, Citilink melayani sebanyak 116 rute penerbangan (105 domestik dan 11 internasional).
Pada 2022 ini, rute Citilink dikurangi menjadi 94 rute yang seluruhnya rute domestik, 2023 menjadi 84 rute (83 domestik dan 1 internasional), 2024 menjadi 88 rute (84 domestik dan 4 internasional), 2025 jadi 95 rute (90 domestik dan 5 internasional) dan pada 2026 menjadi 99 rute (94 domestik dan 5 internasional).
"Jadi kita hanya akan maintenance [rute] di kisaran 70-an untuk Garuda Indonesia, sembari kami akan monitor satu demi satu. Kami mohon maaf kalau tidak layani rute konstituen bapak dan ibu sekalian. Nanti akan dilayani oleh Citilink,” kata Irfan, Selasa (26/9/2022).
Tka hanya itu, Irfan juga menyebut pengurangan rute ini akan diselaraskan dengan jumlah kepemilikan pesawat Garuda Indonesia dari semula 136 unit menjadi 81 unit. Hal yang sama juga dilakukan untuk anak usaha yaitu Citilink dari 60 pesawat menjadi 58 pesawat. Selama ini, maskapai pelat merah tersebut dikenal sebagai showroom lantaran beragamnya koleksi tipe pesawat yang dimiliki.
“Berkaca dari masa lalu, kita juga ada negosiasi biaya ke depannya bahwa perusahaan ini harus bisa menghasilkan keuntungan. Caranya jumlah pesawat di-adjust dan rute yang diterbangkan harus selektif. Garuda ke depan tidak akan melayani rute yang tidak menguntungkan," ungkapnya.
Secara prinsip, Irfan menegaskan sebagai maskapai nasional, Garuda harus bisa menghasilkan keuntungan. Tidak perlu lagi terbang ke mana-mana, memiliki pesawat segala jenis. Hal itu juga untuk mengurangi utang dan injeksi dana dari pemerintah untuk membeli pesawat baru.