Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pelaku industri di Tanah Air sedang berupaya mengubah proses produksi menjadi lebih ramah lingkungan untuk memangkas emisi karbon sebagai pertanggungjawaban atas pemanasan global.
Menurut Industrial Auto matiin Business Vice President Schneider Electric Indonesia, Martin Setiawan, sebanyak 32 persen dari 80 persen emisi karbon hasil produksi dan konsumsi energi, berasal dari dunia industri.
"Jadi, industri melepaskan emisi karbon yang cukup tinggi dan diprediksi menaikkan suhu bumi hingga 6 derajat dalam jangka panjang," ujarnya di Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Menurutnya, pelaku industri wajib menurunkan tingkat emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer hingga 45 persen pada 2030 sehingga kenaikan suhu bumi potensial bisa dibatasi hingga 1,5 derajat.
Untuk mendorong keberlanjutan, lanjutnya, hal yang menjadi fokus tidak hanya di pusat industri, tetapi juga sub-sub pendukung seperti misalnya bangunan dan pusat data (data center).
"Caranya adalah dengan memanfaatkan teknologi. Baik teknologi elektrik maupun teknologi digital," jelas Martin.
Dia menilai kelistrikan dan teknologi digital memainkan peran penting bagi industri untuk dapat mengubah parameter produksi dari penggunaan fosil menjadi sumber daya yang lebih ramah lingkungan.
Menurut penjelasannya, listrik merupakan energi yang paling efisien dan faktor penunjang terbaik dalam proses menuju dekarbonisasi. Sementara teknologi digital dinilai akan mengurangi ketidakefisiensian di industri.
Kombinasi antara pemanfaatan elektrik dan digital oleh industri untuk mengurangi kontribusi terhadap emisi karbon pun dinilai memungkinkan lantaran teknologi yang diperlukan sudah ada.