Bisnis.com, JAKARTA - Pengembang menyebut kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis poin menjadi 3,75 persen akan berdampak pada pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Namun, dampaknya diyakini tidak akan terlalu signifikan.
Sekretaris Jenderal DPP Apersi Daniel Djumali mengatakan kenaikan suku bunga acuan 25 bps tidak memberikan efek berarti dalam waktu dekat ini. Menurutnya, dampak besar akan terasa jika kenaikan mencapai 1 persen.
"Kalau masih 25 bps masih belum (berdampak), tapi kalau sampai 1 persen sih agak lumayan. Jika dibandingkan dengan 2-3 tahun lalu, ini masih lebih bagus karena masih menguntungkan, masih termasuk rendahlah dengan kenaikan segitu," kata Daniel saat dihubungi Bisnis, Selasa (23/8/2022).
Daniel memperkirakan jika dinaikkan sampai satu persen, maka dalam waktu dekat bunga deposito pasti naik, bunga pinjaman juga pasti naik. Kondisi saat ini disebutnya masih terbilang stabil, justru cenderung menguntungkan.
Di sisi lain, dia tak memungkiri akan ada efek meski tidak akan begitu besar dalam waktu dekat ini. Justru, pembeli rumah komersil atau non-subsidi dengan pembiayaan KPR saat ini akan diuntungkan.
"Yang beli sekarang ini diuntungkan karena bunga nya masih bunga yang lama dan juga bunga KPR itu naiknya pelan-pelan, mungkin sebulan atau setelah itu," ujarnya.
Daniel menyarankan para calon pembeli rumah yang ingin menggunakan skema pembayaran KPR untuk segera melakukan transaksi sekarang. Transaksi KPR di bulan ini masing menguntungkan dengan banyaknya promo bunga rendah.
"Yang transaksi KPR di bulan-bulan ini bisa menguntungkan tuh, time to buy. karena dia nggak akan dapat lagi bunga semurah seperti sekarang ke depannya," terangnya.
Dia meyakini akan terjadi kenaikan bunga KPR di 3-4 bulan mendatang. Lain halnya pada rumah subsidi yang diyakini tidak akan ada masalah sebab bunga sudah dipatok oleh pemerintah.
Untuk saat ini, efek kenaikan suku bunga BI tidak besar. Hal ini dia lihat dari pengalaman beberapa waktu lalu ketika terjadi penurunan suku bunga, tapi bunga KPR pun tidak turun begitu banyak.
"Jadi sekarang ini waktunya membeli rumah komersil, karena bunga dari bank-bank itu lagi bagus sekali dan mungkin dalam 3-4 bulan ke depan belum tentu harga sebagus ini," kata Daniel.
Daniel menyebut pengembang lebih mengkhawatirkan jika terjadi kenaikan pada harga bahan bakar minyak (BBM). Apabila kondisi tersebut terjadi, maka dampaknya akan lebih terasa di kalangan pengembang.
"Nah kalau Pertalite atau BBM dinaikkan, itu pengaruhnya cukup lumayan, tergantung berapa persen kenaikannya," ujarnya.
Masalah utama yang saat ini menjadi perhatian para pengembang yaitu kenaikan harga minyak yang berdampak pada ongkos pengiriman bahan material hingga produksi.
Ditambah, saat ini harga rumah subsidi belum disesuaikan di tengah kenaikan berbagai harga bahan material bangunan. Tahun lalu, harga beton naik hingga 90 persen, hal tersebut memicu kenaikan pada bahan lain seperti alumunium, baja ringan, dan lainnya.
"Kalau emang ada kenaikan itu, harusnya pemerintah sudah siap siap untuk harga rumah subsidi disesuaikan dari sekarang," tutupnya.