Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

POD Disetujui, On Shore Gas Pertama di Madura Tinggal Eksekusi

Plan of Development (POD) on shore gas pertama di Madura yang diajukan PT Energi Mineral Langgeng (EML) sudah disetujui dan sudah masuk proses pengembangan untuk dieksekusi.
Jaringan pipa gas/Bloomberg
Jaringan pipa gas/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Plan of Development (POD) on shore gas pertama di Madura yang diajukan PT Energi Mineral Langgeng (EML) sudah disetujui dan sudah masuk proses pengembangan untuk dieksekusi.

Kepala SKK Migas Perwakilan Jabanusa Nurwahidin mengatakan kawasan on shore tersebut memiliki kapasitas produksi 30 - 35 MMscfd, dan ada 2 sumur eksisting berkapasitas 14 MMscfd.

"Untuk pengembangan, harus ditambah 1 sumur lagi supaya bisa mencapai 35 juta MMscfd. POD sudah disetujui, tinggal dieksekusi," kata Nurwahidin ketika ditemui di Bali pada Rabu (29/6/2022).

Skenarionya, kata Nurwahidin, kemungkinan akan diproduksi sebanyak 7 MMscfd terlebih dahulu menggunakan early production facility sambil membangun fasilitas permanen hingga kapasitasnya mencapai 30 MMscfd.

Sampai dengan saat ini, jelasnya, produksi gas di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah sekitar 600 MMscfd dengan penyerapan yang fluktuatif.

"Penyerapan terbesar dari PT Pupuk Kimia Gresik, PGN, dan PLN. Hampir semua total produksi diserap domestik. Rata-rata penyerapan maksimum sekitar 600 juta MMscfd," jelasnya.

Kapasitas produksi juga akan mendapat penambahan sekitar 360 MMscfd kontribusi dari Husky-CNOOC Madura Ltd. (HCML) dan proyek strategis nasional (PSN) Pengembangan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran Tiung Biru (JTB).

Kendati demikian, monetisasi menjadi tantangan yang saat ini dihadapi oleh industri gas Tanah Air. Hal itu patut disayangkan lantaran ada potensi tambahan produksi gas dari proyek HCML dan JTB.

Nurwahidin memperkirakan penambahan produksi gas tahun ini total bisa mencapai 450 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau sebesar 8 persen dari total produksi nasional pada 2021, sebanyak 5.629 MMscfd.

"HCML sendiri, total produksinya tahun ini bisa mencapai 290 MMscfd. Ditambah JTB 172 MMscfd. Jadi, total produksi bisa 450 MMscfd," ujar Nurwahidin.

Dia menjabarkan, HCML tahun ini ditargetkan mampu menambah produksi dari 120 MMscfd menjadi 175 MMscfd, atau sekitar 31 persen, dari proyek MDA - MBH. Serta ada kemungkinan tambahan sebanyak 50 MMscfd dari lapangan MAC.

HCML, lanjutnya, yang sudah memulai pengeboran tahun lalu di lapangan MDA - MBH di wilayah Sumenep, Madura, ditargetkan bisa on stream sesuai dengan program, yakni pada Agustus 2022.

Untuk pengeboran di lapangan MAC, direncanakan bisa on stream pada Oktober 2022. "Mudah-mudahan keduanya terealisasi tahun ini," kata Nurwahidin.

Artinya, apabila seluruh proyek HCML dan JTB terealisasi, maka produksi gas di Tanah Air tahun ini bisa mendapatkan tambahan lebih dari 500 MMscfd.

Namun, potensi penambahan produksi gas menghadapi tantangan. Nurwahidin menyebut monetisasi menjadi tantangan utama bagi industri gas Tanah Air.

"Tantangan kami adalah monetisasi. Memang ada yang sudah dapat pembeli, terutama dengan buyer-buyer eksisting, seperti PT Perusahaan Listrik Negara (Perseroan) atau PLN, dan Perusahaan Gas Negara (PGN). Namun, masih belum mencakup semuanya," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper