Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Dampak Suku Bunga The Fed, Garuda Indonesia (GIAA), hingga Investasi Jauh dari Janji

Pemberitaan terkait dampak kebijakan the Fed tersebut menjadi salah satu sorotan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga disajikan dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA— Potensi kenaikan suku bunga the Fed dalam waktu dekat akan menekan keadaan pasar modal Indonesia. Pelaku pasar perlu berhati-hati mengantisipasi kondisi ini. Kondisinya diperkirakan bakal lebih buruk di pasar surat berharga negara (SBN), sedangkan di pasar saham, masih ada sektor yang bisa dilirik.

Pemberitaan terkait dampak kebijakan the Fed tersebut menjadi salah satu sorotan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, beragam ekonomi dan bisnis yang dikemas secara mendalam dan analitik juga disajikan dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.

Berikut ini hightlight BinsisIndonesia.id, Rabu (15/6/2022).

Menakar Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed pada Pasar Saham dan SBN

Pelaku pasar perlu bersiap untuk mengantisipasi terjadinya koreksi di pasar saham dan surat utang jelang pertemuan the Fed, yang kemungkinan besar bakal secara agresif kembali menaikkan suku bunga acuannya lantaran lonjakan inflasi yang sangat tinggi pada bulan lalu.

Kekhawatiran terhadap potensi tekanan di pasar modal dalam negeri kembali meningkat terutama setelah Amerika Serikat merilis data inflasi mereka yang mencapai 8,6 persen pada Mei 2022 lalu. Tingkat inflasi tersebut merupakan level tertinggi sejak Desember 1981.

Dengan kata lain, ini adalah rekor inflasi dalam 40 tahun terakhir. Rekor sebelumnya terjadi pada Maret 2022 lalu di level 8,5 persen. Bulan sebelumnya, atau April 2022, inflasi AS ini sempat turun ke 8,3 persen, tetapi rupanya tren penurunan tidak berlanjut.

Harap-Harap Cemas Harga Emas Tunggu Kebijakan The Fed

Kilau emas memudar digoyahkan sentimen pertemuan Federal Reserve atau The Fed. Harga emas anjlok tertekan oleh penguatan dolar dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) di tengah penghindaran risiko di seluruh pasar menjelang kenaikan suku bunga The Fed.

Mengutip data Bloomberg, pada pukul 11.00 WIB harga emas Comex New York Exchange mengalami penuruan 0,28 persen atau 5,20 poin ke US$1.826,6 per troy ons. Sementarauntuk  harga emas Spot naik 0,33 persen atau 5,94 poin ke US$1.825,2 per troy ons.

Pasar tengah menantikan rencana Bank Sentral Amerika Serikat pekan ini,  yang kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga 50 basis poin. Adapun kenaikan suku bunga tersebut juga diperkirakan tidak hanya dilakukan pada bulan ini namun juga pada bulan berikutnya. 

Menanti Kabar Baik Lolosnya Garuda Indonesia dari Jurang Pailit

Komunikasi intensif dengan semua pemangku kepentingan terkait kewajiban utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. selama ini memberikan optimisme bagi maskapai penerbangan pelat merah ini untuk dapat lolos dari jerat kebangkrutan dalam sidang PKPU yang akan segera digelar pada akhir pekan ini.

Proses penyelamatan terhadap Garuda Indonesia masih berlanjut. Sebentar lagi, perusahaan akan melalui proses sidang penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang akan menentukan apakah perusahaan lolos dari jurang kepailitan ataukah tidak.

Selama ini, perusahaan ini berupaya untuk menyusun proposal perdamaian dengan para kreditur sembari melakukan komunikasi intensif dengan semua pihak yang berkepentingan. Komunikasi terutama kepada para kreditur, termasuk lessor, hingga akhirnya berhasil untuk menetapkan Daftar Piutang Tetap (DPT).

Garuda Indonesia telah mengajukan permohonan penundaan tahapan pemungutan suara atau voting dalam proses PKPU selama 2 hari dari tanggal yang sudah ditetapkan sebelumnya, menjadi tanggal 17 Juni 2022. Sementara itu, untuk agenda sidang pengumuman hasil PKPU, akan tetap berlangsung pada tanggal 20 Juni 2022.

Jerita Pengembang Rumah Subsidi Terancam Sekarat Tak Ada Dana

Hingga pertengahan bulan Juni ini, rencana penyesuaian harga baru rumah subsidi tak kunjung dilakukan pemerintah. Sudah 3 tahun harga rumah subsidi tak mengalami perubahan. Padahal, harga bahan baku telah mengalami kenaikan signifikan sejak tahun lalu.

Hal ini tentu memberikan tekanan yang luar biasa bagi cashflow para pengembang rumah subsidi yang notabene merupakan kalangan UMKM, bukan pengembang besar yang crazy rich. Tekanan ini terjadi karena margin keuntungan yang didapat dari membangun rumah subsidi ini kian tipis di tengah terjadinya kenaikan harga bahan bangunan, tanah, dan juga upah pekerja. 

Adapun harga rumah subsidi saat ini masih menggunakan beleid Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kepmen PUPR) No 242/KPTS/M/2020 yang dikeluarkan pada Maret 2020 yang berisikan aturan pembaharuan terkait harga jual rumah subsidi, batasan penghasilan kredit pemilikan rumah subsidi, besaran suku bunga, lama masa subsidi, batasan luas tanah dan bangunan rumah serta besaran subsidi bantuan uang muka perumahan. 

Tax Holiday Kurang Bertuah? Realisasi Investasi Jauh dari Janji

Tuah tax holiday dalam meningkatkan realisasi investasi untuk tahun depan patut dipertanyakan. Berkaca pada data, hingga Mei 2022 realisasi penanaman modal hanya mencapai Rp91 triliun. Terdapat selisih Rp1.410 triliun dibandingkan dengan rencana investasi selama 2018 – 2022 yang mencapai Rp1.501 triliun. Terlebih dampak wabah Covid dan kondisi global saat ini bisa menjadi sentimen yang menghambat semangat berinvestasi.

 Entah terkait atau tidak, yang pasti pemerintah dan DPR telah mengoreksi proyeksi realisasi investasi untuk tahun 2023. Target realisasi investasi turun dari proyeksi sebelumnya yang berkisar di angka Rp1.800 triliun - Rp1.900 triliun menjadi Rp1.250 triliun - 1.400 triliun.

Padahal, sebelumnya, pemerintah berencana menjadikan investasi sebagai sarana untuk meningkatkan pendapatan. Seperti dikatakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, pemerintah ingin menjadikan investasi sebagai salah satu komponen besar sumber pertumbuhan ekonomi 2023.

Itu sebabnya, pemerintah pun menaikkan target investasi 2023 hingga 50 persen dari target 2022, melonjak dari Rp1.200 trilun menjadi setidaknya Rp1.800 triliun. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bisnisindonesia.id
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper