Bisnis.com, JAKARTA – Penjualan properti residensial primer pada kuartal I/2022 masih mencatatkan kontraksi sebesar 10,11 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Meski masih dalam tren negatif, kondisi sedikit membaik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, di mana mengalami penurunan 11,6 persen yoy.
Berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI), perbaikan penjualan pada kuartal I/2022 didorong oleh membaiknya penjualan pada tipe rumah besar dan kecil.
Penjualan rumah tipe besar tumbuh sebesar 4,01 persen yoy, sementara rumah tipe kecil masih terkontraksi 8,27 persen yoy, dari yang sebelumnya mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 23,79 persen yoy.
“Sementara itu, penjualan tipe rumah menengah pada kuartal I/2022 tercatat sebesar 18,28 persen yoy, atau mengalami penurunan dibandingkan penjualan pada kuartal IV/2021,” tulis BI dalam Laporan SHPR, Rabu (18/5/2022).
Adapun, responden menyampaikan bahwa belum optimalnya penjualan properti residensial primer disebabkan oleh lima faktor.
Pertama, jawaban tertinggi dari responden adalah karena kenaikan harga bahan bangunan. Kedua, masalah perizinan/birokrasi. Ketiga, suku bunga KPR.
Faktor keempat dan kelima adalah proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR dan perpajakan 8,62.
Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, penjualan properti residensial primer pada kuartal I/2022 mengalami peningkatan sebesar 1,38 persen (quarter-to-quarter/qtq), lebih besar dari pertumbuhan kuartal sebelumnya sebesar 0,26 persen qtq.
Peningkatan penjualan secara kuartalan tersebut didorong oleh peningkatan penjualan pada tipe kecil dan menengah yang masing-masing tercatat 14,88 persen qtq dan 6,52 persen qtq.
Sementara itu, BI mencatat penjualan tipe besar terpantau mengalami penurunan sebesar -20,1 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel