Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 sangat berdampak pada industri pariwisata. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat okupansi hotel yang menurun drastis dan pemulihannya yang cenderung lambat.
Berdasarkan data dari STR tingkat okupansi hotel di kawasan Asia Pasifik pada 2021 hanya naik 4 persen year on year (yoy) dibandingkan dengan 2020 dengan tingkat okupansi 48,7 persen. Sementara itu, pendapatan harian rata-rata hanya naik 4,7 persen yoy menjadi US$33. Pendapatan hotel tersebut masih jauh dari pendapatan rata-rata harian pada 2019 yang mencapai US$67.
Executive Director, Valuation & Advisory Services, Colliers Asia Govinda Singh menyebutkan pemulihan tingkat okupansi hotel di Asia baru akan kembali pada level sebelum pandemi Covid-19 pada 2025. Sementara itu, pendapatan harian rata-rata akan kembali seperti saat sebelum pandemi pada 2023.
“Pemulihan akan dimulai pada tahun 2023, berkat adanya kebijakan pemerintah untuk melonggarkan aturan perjalanan dan adanya kemudahan tes [Antigen atau PCR] selama tahun 2022,” jelas Singh dalam kajian dari Colliers Asia yang diterima Bisnis, Selasa (19/04/2022).
Singh berpendapat bahwa untuk mempercepat pemulihan tingkat okupansi dan pendapatan hotel, pihak hotel perlu melakukan strategi manajemen aset yang tepat.
“Hotel harus mengoptimasi aktivitas bisnisnya. Seperti dengan pengaturan jam buka bar dan café atau pemanfaatan ruang kosong untuk kegunaan lain yang menambah pendapatan. Kuncinya terletak pada diversifikasi,” terang Singh.
Selain itu, strategi berupa adaptasi teknologi digital dapat dilakukan untuk meningkatkan okupansi dan pendapatan hotel.
“Implementasi teknologi digital untuk mempermudah konsumen misalnya, dapat membantu meningkatkan okupansi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, menurut Singh, analisis mendalam mengenai penentuan harga adalah strategi yang patut dipertimbangkan.
“Untuk mempertahankan aset sembari memulihkan tingkat okupansi dan pendapatan, hotel perlu melakukan analisis mendalam mengenai apakah akan mempertahankan tarif lama atau menyesuaikannya,” kata Singh.
Terakhir, hotel juga perlu mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan, untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.
“Saat ini, aspek sosial dan lingkungan untuk menunjang wisata berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan, harus diperhatikan hotel karena reputasi sosial merupakan sesuatu yang penting,” tandasnya.