Bisnis.com, JAKARTA – Harga perumahan mencapai puncak tahun lalu, tetapi selama 3 bulan pertama tahun ini, kemerosotan nilai residensial menjalar ke berbagai kota utama di Asia Pasifik.
Harga rumah yang dibangun pengembang swasta mulai turun di Sydney dan Hong Kong, sementara nilai di Singapura hampir tidak naik pada kuartal pertama tahun ini, karena pembeli yang waspada terhadap kenaikan suku bunga dan hambatan ekonomi memilih untuk menahan diri.
Tahun lalu biaya pinjaman rendah dan ketakutan akan kehilangan selama pandemi mendorong hiruk-pikuk properti global yang membentang dari Toronto hingga Auckland, tulis Bloomberg.
Harga rumah di Sydney melonjak hampir 27 persen tahun lalu, sementara nilai di Singapura melonjak paling tinggi dalam lebih dari satu dekade, sedangkan residensial di Hong Kong tetap menjadi tempat paling sulit dijangkau karena mahalnya.
Terdapat sejumlah penyebab merosotnya harga perumahan di beberapa kota utama di Asia Pasifik sepanjang kuartal pertama 2022.
Kekhawatiran atas keterjangkauan mendorong Singapura untuk memberlakukan pembatasan properti, sementara risiko inflasi membuat bank sentral berbagai negara mempertimbangkan kenaikan suku bunga yang akan mempersulit pembeli rumah untuk membayar hipotek mereka.
Baca Juga : PPN 11% Tantangan Pemulihan Sektor Properti |
---|
Di China, Covid-19 menambah hambatan di pasar real estat. Hong Kong bersaing dengan eksodus penduduk menyusul upayanya yang gagal untuk menahan gelombang virus Covid terbaru, sementara penguncian di Shanghai akibat gelombang baru Covid menghancurkan harapan pemulihan cepat dari kemerosotan yang dipicu oleh tindakan keras terhadap utang yang berlebihan pada pengembang.
Victoria Garrett, Kepala Residensial Asia Pasifik di konsultan properti Knight Frank, mengutarakan sejak krisis keuangan global, pemerintah di kawasan itu lebih waspada terhadap kenaikan harga aset, sementara pandemi emperlebar kesenjangan kekayaan.
Dia memprediksi untuk tahun ini, harga perumahan di seluruh Asia Pasifik diproyeksikan tumbuh pada tingkat yang lebih ringan dan lebih berkelanjutan dari 3 persen hingga 5 persen, lebih rendah daripada kenaikan 9,1 persen tahun lalu.