Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia tersandung jatuh pada perdagangan pagi hari ini. Sehari sebelumnya, harga emas hitam juga ditutup dengan tren penurunan.
Pada hari Jumat (25/3/2022) harga minyak jenis Brent berada di level US$ 118,65/barel atau menurun 0,32 persen dari hari sebelumnya.
Adapun, jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya bertengger di US$ 111,76/barel atau berkurang 0,52 persen.
Ditinjau dari sisi fundamental, koreksi harga minyak terjadi akibat perang Ukraina-Rusia yang masih berlangsung, sehingga Negeri Beruang Merah dihujani beragam sanksi ekonomi.
Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan sanksi larangan ekspor minyak dari Rusia. Presiden Joe Biden melarang minyak dari Rusia masuk ke AS.
Uni Eropa awalnya dikabarkan akan memberlakukan sanksi serupa. Akan tetapi ternyata tidak ada kesepakatan, karena banyak negara yang masih tergantung kepada pasokan minyak dari Rusia. Jerman dan Belanda adalah beberapa negara Uni Eropa yang menolak embargo minyak Rusia.
Baca Juga
"Pertanyaan soal embargo minyak ini bukan apakah kami mau atau tidak, tetapi seberapa besar ketergantungan kami terhadap minyak. Jerman banyak mengimpor [minyak dari Rusia], dan ada pula negara-negara anggota Uni Eropa lain yang belum bisa menghentikan impor minyak," tegas Annalena Baerbock, Menteri Luar Negeri Jerman, dilansir dari CNN International, (24/03/2022).
Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Eropa. Oleh karena itu, pendapat Jerman akan sangat menentukan keputusan Uni Eropa, tidak bisa dianggap remeh. Tanpa persetujuan Jerman, sangat mungkin embargo terhadap minyak Rusia oleh Uni Eropa tidak akan terjadi.
Artinya, minyak Rusia masih bisa masuk ke negara-negara lain di Eropa. Ini membuat pasokan minyak ke Eropa masih berjalam sehingga harga untuk sementara berhenti melambung.
Sementara itu, Presiden Joe Biden di sela pertemuannya dengan negara-negara NATO dan G7 juga mendesak Indonesia, selaku ketua Presidensi G20 2022 untuk menendang Rusia dari keanggotaan G20, menyusul pernyataan Vladimir Putin yang berencana menghadiri G20 Summit di Bali, November 2022 mendatang.
"Saya setuju [jika Indonesia mengeluarkan Rusia dari G20]," tegas Biden, dikutip dari Bloomberg, Jumat (25/03/2022).
Biden juga meminta agar Indonesia mengundang negeri asal Hurrem Sultan tersebut diundang dalam KTT G20.
Dilansir dari Bloomberg, Jumat (25/03/2022), menyikapi desakan Biden, Indonesia akan tetap akan bersikap netral dan tidak memihak, serta tetap saling bekerjasama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi global, seperti yang diungkapkan oleh Staf Khusus untuk Penguatan Program-Program Prioritas Kemlu, Dian Triansyah Djani.
"Perlu digarisbawahi, diplomasi Indonesia based on principal. Indonesia dalam mengetuai berbagai konferensi forum atau organisasi selalu berpegang teguh pada aturan rules of procedure dan presidensi yang berlaku, termasuk di G20," pungkas Djani.