Bisnis.com, JAKARTA - Bank of Russia menaikkan suku bunga utamanya menjadi 20 persen dan memperkenalkan kebijakan penjualan hasil devisa ekspor bagi eksportir dan broker dilarang menjual sekuritas oleh orang asing mulai Senin (28/2/2022).
Kebijakan ini dilakukan dalam upaya untuk melindungi aset negara dari sanksi Barat yang mencakup hukuman bagi regulator Rusia.
Suku bunga akan meningkat dari 9,5 persen menjadi 20 persen, bank sentral mengatakan dalam sebuah pernyataan sebelum perdagangan rubel dijadwalkan dibuka.
Dilansir Bloomberg, Bank of Russia sebelumnya mengumumkan pembekuan penjualan sementara di Bursa Moskow, tanpa menentukan sekuritas mana yang berlaku larangan tersebut. Gubernur Elvira Nabiullina akan berbicara pada pukul 4 sore waktu setempat.
Mata uang rusia rubel jatuh sejauh 119,50 per dolar, atau turun 30 persen dari penutupan Jumat lalu (25/2/2021).
Dikutip dari CNBC, bank sentral Rusia juga mengatakan akan membebaskan 733 miliar rubel atau US$8,78 miliar dalam cadangan bank lokal untuk meningkatkan likuiditas.
Selama akhir pekan, AS, sekutu Eropa dan Kanada sepakat untuk memblokir bank-bank utama Rusia dari sistem pesan antar bank, SWIFT, yang menghubungkan lebih dari 11.000 bank dan lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah.
Uni Eropa juga mengumumkan pada hari Minggu (27/2/2022) bahwa mereka menutup wilayah udaranya untuk pesawat Rusia.