Bisnis.com, JAKARTA – BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia (MIND ID) mengejar pembentukan aliansi strategis untuk melakukan ekspansi bisnis baru hilirisasi.
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso mengatakan langkah ini dijalankan dengan melakukan studi kelayakan hilirisasi nikel kelas 1. Kemudian diikuti dengan penjajakan hasil strategis pada pengembangan electronic vehicle.
Pengembangan bisnis EV ini dilakukan oleh PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan dibentuk melalui konsorsium MIND ID, PT Antam Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Holding turut melakukan penandatanganan kesepakatan kerja sama pembentukan joint venture company (JVCo) dengan mitra strategis.
“Ini akan dilakukan misalnya di Antam, Bukit Asam maupun Timah,” katanya saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Senayan, Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Lebih lanjut, MIND ID akan melakukan kerja sama penerapan teknologi baru untuk ekosistem smelter aluminium. Kerja sama ini dilakukan dengan Emirates Global Aluminium (EGA) asal Dubai. Perusahaan ini disebut-sebut sebagai pemain aluminium terbesar di regional.
Kerja sama dengan EGA ditempuh MIND ID untuk memperbarui teknologi smelter sehingga mampu menambah kapasitas produksi aluminium. Selain itu, holding turut menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak bersama Indonesia Mining Research Institute.
Di samping itu, Hendi menjelaskan perseroan akan membangun aset hilirisasi berskala global. Misalnya dengan ekspansi smelter aluminium tambahan 200.000 - 400.000 per ton di Inalum.
“Kita akan tempuh itu dan insyaallah akan kita jalankan mulai tahun ini. Tahun depan kita mulai kegiatan konstruksinya,” ujarnya.
Hingga September 2021, MIND ID mencatatkan pendapatan Rp63,8 triliun atau naik 34,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya secara year to date (ytd). Holding juga membukukan laba bersih hampir 800 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu menjadi Rp9,82 triliun.
Selain itu produksi batu bara mengalami peningkatan 18 persen menjadi 22,9 juta ton hingga September 2021 secara ytd. Timah mengalami penurunan produksi 48 persen menjadi 17.900 ton, feronikel 19.100 ton, emas meningkat 61 persen menjadi 994.000 troy ounce.
Kemudian, produksi tembaga meningkat 76 persen menjadi 957 juta pound, nickel matte turun 14 persen menjadi 48.000 ton. Bijih nikel mencapai 83.000 ton, bauksit naik 5 persen mencapai 1,4 juta ton, serta aluminium nak 2 persen menjadi 185.500 ton.