Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo memperkirakan tahun ini ekspor nikel bisa mencapai US$20 miliar. Nilai yang diproyeksikan itu melompat jauh lebih tinggi dibandingkan dengan empat tahun lalu yaitu US$1,1 miliar.
Pada saat empat tahun lalu, Jokowi mengatakan ekspor nikel Indonesia yang masih mentah. Dia menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk berhenti mengekspor barang mentah, dan beralih ke barang jadi.
"Dari kira-kira Rp15 triliun, melompat menjadi Rp280 triliun rupiah. Itu yang namanya nilai tambah di situ," kata Jokowi pada acara Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021 di Jakarta, Rabu (24/11/2021).
Dengan mengandalkan barang jadi, maka pendapatan negara dinilai bisa memiliki nilai tambah. Mulai dari sisi pendapatan royalti, PNBP, bea luar, berbagai jenis pajak, dan daerah bisa mendapatkan efek peredaran uang yang besar.
Jokowi memastikan ekonomi Indonesia akan mengalami transisi dan transformasi, utamanya dari mengandalkan barang mentah menjadi barang jadi. Caranya dilakukan diantaranya dengan berhenti mengirim ekspor barang mentah.
Hal itu sebelumnya dimulai dari berhenti mengeskpor bahan mentah nikel, lalu ke depannya dilanjutkan dengan berhenti mengeskspor bauksit, tembaga, dan bahan mentah timah.
"Jadi ekonomi kita yang awalnya berbasih bahan mentah dari sumber daya alam kita. Ini satu per satu memang harus ada transisinya. Satu per satu akan kita setop. Masuk ke barang setengah jadi, dan masuk ke barang jadi," terang Jokowi.