Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dinilai berhasil melakukan pemulihan ekonomi dan perdagangan nasional. Sejumlah terobosan dilakukan Kementerian Perdagangan untuk menjaga momentum pertumbuhan tersebut.
“Kementerian Perdagangan terus melakukan terobosan untuk memanfaatkan peluang dan menghadapi tantangan perdagangan dalam dan luar negeri ke depan. Ini kita lakukan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi dan perdagangan Indonesia,” ujar Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kemendag Kasan dalam siaran pers, Jumat (19/11/2021).
Beberapa terobosan yang dilakukan Kemendag, kata Kasan, antara lain keikutsertaan Indonesia pada World Expo Dubai 2020 pada 1 Oktober 2021—31 Maret 2022 untuk penguatan citra, termasuk di dalamnya program Indonesia Spice Up the World.
Selain itu, pada 2022 akan digelar Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) yang bertujuan menjadikan Indonesia kiblat bagi mode muslim dunia. Sementara itu, Presidensi Indonesia dalam G20 pada 2022 juga menjadi agenda penting bagi pemulihan ekonomi dan perdagangan Indonesia.
Kasan mengatakan pemerintah berhasil melakukan pemulihan ekonomi dan perdagangan. Pemulihan perdagangan Indonesia dapat dilihat dari tiga indikator.
Pertama, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia kembali tumbuh positif pada kuartal III/2021 sebesar 3,51 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga
Kedua, pertumbuhan sektor perdagangan di dalam negeri juga terjadi seiring menguatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada kuartal III/2021. Pada September 2021, IKK mencapai 95,5 atau naik dari Agustus 2021 sebesar 77,3.
Sementara itu, pada Oktober 2021, IKK kembali menguat dan mencapai 113,4 atau berada pada area optimistis. Kenaikan IKK dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi dan penghasilan masyarakat setelah adanya relaksasi kebijakan PPKM Darurat ke PPKM level 1-3.
Ketiga, surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari—Oktober 2021 yang mencapai US$30,81 miliar. Surplus ini didukung kinerja ekspor Indonesia sebesar US$186,32 miliar atau tumbuh 41,8 persen secara tahunan pada Januari—Oktober 2021. Ekspor nonmigas juga tumbuh signifikan sebesar 41,26 persensecara tahunan pada periode yang sama.
Sementara itu, dari sisi impor, tercatat pertumbuhan sebesar 35,86 persen secara tahunan. Nilai tersebut didominasi bahan baku dan barang modal sebesar 89,91 persen yang Kasan sebut akan mendorong pemulihan kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Secara bulanan, ekspor Indonesia pada Oktober 2021 kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah yaitu mencapai US$22,03 miliar. Selain itu, dari sisi negara tujuan dan produk ekspor nonmigas, hampir seluruh negara tujuan utama dan seluruh produk utama juga tumbuh positif selama periode Januari-Oktober 2021,” katanya.
Kasan juga mengatakan bahwa neraca perdagangan dengan RI pada Oktober berhasil mencetak surplus dengan China, negara mitra dagang yang selama ini menjadi penyumbang defisit terbesar.
“Ini adalah surplus terbesar dalam 10 tahun terakhir,” ujar Kasan.
Kasan menjelaskan peluang dan tantangan perdagangan dalam dan luar negeri ke depan akan semakin kompleks. Beberapa hal yang akan mempengaruhi pemulihan perdagangan pada 2021-2022, yaitu isu lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG); ekonomi digital; gangguan rantai pasok; perubahan iklim; kenaikan harga pangan; dan tren supercycle commodity.