Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Melonjaknya Harga Kapas hingga Pembelian Jet oleh Warren Buffet

Industri tekstil dalam negeri perlahan, tapi pasti bakal menaikkan harga jual produk mereka akibat melesatnya harga bahan baku kapas di pasar internasional belakangan ini.
Seorang karyawan tengah menjahit seragam militer di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. Divisi garmen merupakan salah satu pilar usaha perusahaan tekstil berbasis di Solo tersebut./sritex.co.id
Seorang karyawan tengah menjahit seragam militer di pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. Divisi garmen merupakan salah satu pilar usaha perusahaan tekstil berbasis di Solo tersebut./sritex.co.id

Bisnis, JAKARTA — Pelonjakan harga kapas di pasar global yang masih berlanjut ‘memaksa’ pelaku industri pertekstilan di dalam negeri berancang-ancang menaikkan harga jual produk hilir mereka. 

Untuk pertama kalinya selama hampir satu dekade, harga kapas di pasar internasional melampui US$1 per pon. 

Berita dan analisis mengenai meningkatnya harga kapas di pasar internasional menjadi salah satu sajian dari lima berita pilihan di laman Bisnisindonesia.id, edisi Rabu (13/10/2021). 

Selain itu, ada pembahasan soal persaingan perusahaan rintisan hingga pembelian jet senilai US$1,2 miliar oleh perusahaan milik milarder Warren Buffet.

Berikut ini ulasan singkat lima berita dan analisis tersebut.

1. Berkelit dari Teror Krisis Bahan Baku Industri Pertekstilan

Pelaku industri pertekstilan bersiap menaikkan harga jual produk hilirnya seiring dengan terus berlanjutnya lonjakan harga kapas di pasar  global.

Langkah tersebut salah satunya akan ditempuh oleh PT Pan Brothers Tbk. Perusahaan berkode sahan PBRX bakal menyesuaikan harga produk ekspor mereka seiring melesatnya harga kapas di pasar internasional.

Sementara itu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia mengatakan bahwa industri tekstil dalam negeri perlahan bakal menaikkan harga jual produk mereka akibat melesatnya harga bahan baku kapas di pasar internasional belakangan ini. 

Peningkatan harga itu juga terjadi pada bahan baku yang mayoritas digunakan di Indonesia seperti poliester dan rayon. 

Kementerian Perindustrian, di sisi lain, tengah berfokus mengembangkan bahan baku pengganti untuk mengantisipasi kenaikan harga kapas di pasar internasional yang melampui US$1 per pon untuk pertama kalinya selama hampir satu dekade.

2. Startup Lokal Juara dari Startup Global, Fakta atau Dusta?

Klaim kemenangan persaingan perusahaan rintisan lokal terhadap startup global di pasar Indonesia beberapa tahun lalu dinilai sebagai pencapaian semu. Banjir pendanaan asing yang diterima para perintis lokal menandakan mereka bergantung pada asing. 

Indonesian Digital Empowering Community (IDIEC) mengatakan bahwa pengertian perusahaan rintisan (startup) lokal tidak cukup sebatas perusahaan tersebut dibangun di Indonesia.  Perlu ditelusuri juga pendanaan yang berada di perusahaan rintisan lokal tersebut. 

Perusahaan rintisan lokal yang banyak menerima pendanaan dari investor asing tidak bisa disebut sebagai perusahaan lokal. Perusahaan rintisan tersebut membawa visi misi investor asing dan dana yang dikelola, juga akan lari ke luar negeri. 

Di sisi lain, peta persaingan antara perusahaan rintisan global dan lokal diperkirakan mengendur pada masa depan. Pandemi Covid-19 memaksa mereka untuk saling berkolaborasi agar bisa bertahan, bukan bersaing.  

Pandemi telah membuat bisnis perusahaan rintisan—baik lokal maupun global—tertekan. Solusinya adalah bekerja sama agar tetap meraup manfaat di pasar Indonesia.

Top 5 News Bisnisindonesia.id: Melonjaknya Harga Kapas hingga Pembelian Jet oleh Warren Buffet

3. Saham BRPT Dalam Bayang-Bayang Panasnya Harga Minyak

Tren kenaikan harga minyak dunia yang masih berlangsung hingga saat ini bakal berpengaruh terhadap kinerja emiten petrokimia PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) Setelah sepanjang tahun ini harganya terkoreksi, akankah pembalikan arah segera terjadi?

Harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan seiring dengan krisis energi di sejumlah negara akibat permintaan yang mendadak meningkat untuk menopang kinerja ekonomi yang mulai pulih dengan cepat. Lonjakan permintaan tersebut belum mampu diimbangi oleh pasokan sehingga harga naik.

Analis BCA Sekuritas Achmad Yaki Yamani menuturkan bahwa kenaikan harga minyak bisa berefek negatif ke BRPT karena bisa menaikkan biaya produksi BRPT sekaligus anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).

Akan tetapi, lanjut Yaki, peningkatan harga minyak dunia ini tidak akan terlalu berdampak ke BRPT. Pasalnya, emiten umumnya sudah melakukan hedging atau lindung nilai atas volatilitas harga komoditas, terutama minyak.

Upaya hedging ini pun diperkirakan mampu memberi potensi bagi BRPT untuk menjaga dan melanjutkan kinerja positifnya di semester II/2021.

4. IPO Mitratel dan Gelagat Investor Asing Dekati TLKM

Sinyal IPO Mitratel makin jelas tertangkap radar investor, termasuk investor asing. Saham induknya, yakni PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. pun mulai jadi incaran. Bahkan, investor asing tercatat sudah memborong saham emiten berkode TLKM itu lebih dari Rp4 triliun dalam 3 bulan terakhir.

Sinyal terang initial public offering (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) muncul dari Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ketegasan disebutkan Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga.

Juru bicara Menteri BUMN Erick Thohir itu menjanjikan pelepasan saham anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) itu bakal berlangsung sebelum kalender tahun ini berakhir.

“Mitratel [BUMN IPO] yang terdekat. Kita tahu, ini perusa­haan dengan tower terbesar, dan akan menjadi perusahaan bintangnya industri ini [menara telekomunikasi],” kata Arya dalam pernyataan virtual beberapa waktu lalu.

Arya meyakini investor akan merespons positif kehadiran Mitratel di bursa. Keyakinan itu terutama didasari oleh perluasan bisnis Mitratel yang belakangan juga agresif terjun ke segmen kabel serat optik.

5. Perusahaan Milik Warren Buffet Beli 100 Pesawat Jet dari Embraer

Setelah berhasil mengirimkan lebih dari 100 unit Phenom 300—salah satu pesawat yang paling banyak diminta NetJets—Embraer dan NetJets, Inc. telah menandatangani kesepakatan berkelanjutan hingga 100 pesawat tambahan senilai lebih dari US$1,2 miliar. 

Sebagai bagian dari kesepakatan, NetJets—yang dimiliki Berkshire Hathaway, perusahaan milik miliarder Warren Buffet—akan mulai menerima pengiriman Phenom 300E pada kuartal kedua 2023, baik di AS dan Eropa.

NetJets pertama kali menandatangani perjanjian pembelian dengan Embraer pada 2010 untuk 50 jet eksekutif Phenom 300 ditambah hingga opsi 75 unit. 

Dengan pesanan pesawat baru ini, yang mencakup perjanjian layanan yang komprehensif, NetJets menandakan komitmen mereka untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan kepercayaan mereka pada portofolio industri terkemuka dan jaringan dukungan pelanggan Embraer untuk memberikan pengalaman terbaik kepada pelanggannya.

“Kami senang telah menandatangani kesepakatan penting ini dengan NetJets karena kemitraan strategis kami telah menjadi bagian integral dari kesuksesan Embraer selama lebih dari 1 dekade,” kata Michael Amalfitano, Presiden & CEO Embraer Executive Jets melalui siaran pers yang dikutip dari laman produsen pesawat asal Brasil tersebut, Selasa (11/10/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Zufrizal
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper