Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News Bisnisindonesia.id:Melepas Jerat Pandemi Bagi Industri Otomotif hingga Mengejar Ambisi Energi Hijau

Meski pandemi Covid-19 masih berlangsung, namun beberapa merek otomotif mulai menunjukkan tanda-tanda keluar dari jerak dampak pagebluk yang muncul sejak kuartal pertama 2020.
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.
Petugas berdiri di dekat deretan mobil baru yang terparkir di PT Indonesia Terminal Kendaraan atau IPC Car Terminal, Cilincing, Jakarta, Kamis (11/2/2021). /Antara Foto-Aprillio Akbar.

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah sektor industri mulai menunjukkan pemulihan, termasuk otomotif. Bahkan beberapa merek sektor tersebut mencatatkan kinerja yang positif.

Seperti dikutip dari laporan Inventure Knowledge bertajuk Outomotive Industri Outlook 2021, perkembangan teknologi dan digitalisasi membuat industri otomotif beradaptasi untuk menjawab perkembangan jaman dan perubahan perilaku konsumen pasca Covid-19.

Masyarakat yang less mobility dan menghindari kontak fisik secara langsung mengharuskan perusahaan mulai membangun digital channel, termasuk dengan memanfaatkan digital marketing untuk menjangkau konsumen dan mengkomunikasikan produk secara daring.

Saat ini juga sudah banyak perusahaan otomotif yang mengembangkan e-commerce sendiri sebagai kanal penjualan daring di kala physical contact melalui salesman and showroom sudah tidak bisa lagi dilakukan. Strategi digital banyak diakui sebagai pilihan pemain industri otomotif untuk melepas jerat dampak pandemi Covid-19.

Strategi tersebut pun berhasil mendongkrak kinerja sektor otomotif lebih baik. Berita mengenai kinerja industri otomotif menjadi salah satu berita pilihan editor Bisnisindonesia.id. Selain berita dari sektor ekonomi dan bisnis, redaksi Bisnisindonesia.id juga menyajikan beragam berita finansial yang dikemas secara mendalam dan analitik.

Berikut intisari dari setiap berita pilihan:


1. Mengebut Persiapan Indonesia Menuju RCEP Awal 2022

Indonesia mematangkan peta jalan demi memastikan kesiapan seluruh pemangku kepentingan mengantisipasi implementasi Regional Comprehensive Economic Partnership atau RCEP yang ditarget pada awal 2022. Data yang dihimpun oleh Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa komitmen Indonesia dalam pembebasan tarif di RCEP memang lebih rendah dibandingkan dengan sejumlah FTA yang telah dijalin Asean dengan sejumlah mitra (Asean+1 FTA).

Namun, dari segi manfaat, Indonesia bisa menangkap peluang pendalaman dan penguatan rantai nilai kawasan. Direktur Perundingan Asean Kemendag Dina Kurniasari mengatakan banyak persiapan yang harus dieksekusi Indonesia, terutama jika melihat struktur partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global atau gloval value chain (GVC) di RCEP yang masih didominasi oleh produk industri berteknologi rendah.

Kajian yang dilakukan oleh BPPP Kemendag juga memperlihatkan bahwa Indonesia lebih banyak berpartisipasi sebagai pemasok bahan baku penolong dan yang bersifat labour-intensive.

Top 5 News Bisnisindonesia.id:Melepas Jerat Pandemi Bagi Industri Otomotif hingga Mengejar Ambisi Energi Hijau


2. Melepas Jerat Dampak Pandemi di Pasar Otomotif


Beberapa merek telah menunjukkan tanda-tanda keluar dari jerat dampak pagebluk yang muncul di kuartal pertama 2020 itu. Seperti Toyota yang berhasil mencatatkan angka penjualan ritel Agustus 2021 di atas bulan yang sama 2019.

Sebagai pemimpin pasar otomotif, Toyota, untuk pertama kalinya mencatatkan angka penjualan bulanan di atas periode yang sama sebelum pandemi. Pada Agustus 2021 sebanyak 28.169 unit, atau sedikit di atas capaian pada Agustus 2019 sebanyak 28.022 unit.

Meski begitu, penjualan Toyota sepanjang tahun ini masih di bawah level sebelum pandemi. Pada Januari - Agustus 2019, penjualan Toyota mencapai 212.888 unit. Sedangkan pada periode yang sama pada tahun ini baru 170.787 unit.

Adapun Wuling mencatatkan capaian kumulatif sepanjang tahun hingga Agustus 2021 di atas periode yang sama 2019. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Wuling mencatatkan angka penjualan bulanan tahun ini di atas angka sebelum pandemi sejak Maret 2021. Penjualan tahun ini pun diperkirakan bakal menjadi penjualan terbaik kedua sejak awal masuknya Wuling di Indonesia.


3. Meniti Jalan Terjal Demi Mengejar Ambisi Energi Hijau


Pemerintah mempunyai ambisi untuk mengejar target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025. Upaya tersebut dilakukan demi mewujudkan energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Keseriusan pemerintah itu ditegaskan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021—2030. Untuk pertama kalinya, rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik dalam 10 tahun ke depan mayoritas atau sekitar 51,6% berasal dari pembangkit berbahan bakar EBT, sedangkan porsi energi fosil 48,4%.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan RUPTL kali ini lebih hijau karena porsi untuk mengembangkan pembangkit berbasis EBT lebih besar dibandingkan dengan fosil. Hal itu sejalan dengan ratifikasi Paris Agreement bahwa arah kebijakan energi ke depannya adalah transisi dari energi fosil menjadi EBT sebagai energi yang lebih bersih, minim emisi, dan ramah lingkungan.

4. Modal MPPA Makin Tebal, Persaingan Omnichannel Bakal Makin Ketat


Peta persaingan bisnis ritel melalui omnichannel bakal makin ketat seiring makin maraknya aksi korporasi di sektor tersebut. Paling anyar, Grup Lippo melalui PT Multipolar Tbk. (MLPL) bersama GoTo siap menyuntikan tambahan modal untuk PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA).

Elliot Dickson, CEO MPPA, menyebutkan penambahan modal itu bakal dilaksanakan melalui penerbitan saham baru yang dijadwalkan selesai dalam kuartal IV/2021. Dengan tambahan modal itu, kata Elliot, Hypermart akan menyediakan dana bagi perseroan untuk bertumbuh, mengeksekusi strategi ritel omnichannel-nya, dan memperkuat neraca keuangannya.

Meski begitu, jalan MPPA untuk mengusai bisnis ritel 020 tak akan mudah. Pasalnya, sejumlah emiten telah siap memperebutkan pasar yang sama. Sebut saja, emiten e-commerce pendatang baru di Bursa Efek Indonesia, PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA), yang selama ini telah mengedepankan posisinya sebagai pemimpin di bisnis O2O di Indonesia.

Maklum saja, perseroan telah terjun ke bisnis 020 sejak 2017 dengan 2.870 sebagai permulaan dan mengalami pertumbuhan yang eksponensial. Berdasarkan riset Nielsen ke 3.000 warung dan toko pulsa di 14 kota di Indonesia pada Juni 2021, menyimpulkan bahwa 14,8% yang terjun ke dalam skema bisnis 020. Sementara sisanya masih belum menggunakan platform tersebut.

Dari pasar yang kecil itu, Bukalapak mendominasi sebesar 42% melalui unit Mitra Bukalapak. Saat ini emiten berkode saham BUKA itu memiliki 8,5 juta mitra di bawah sayapnya.

Di sisi lain, PT Global Digital Niaga atau Blibli.com baru saja mengakuisisi PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) senilai Rp 2 triliun. Blibli telah menyelesaikan pengambilalihan dengan jumlah keseluruhan sebanyak 797,89 juta saham RANC atau sekitar 51 persen dari modal ditempatkan.

E-commerce itu pun berharap akuisisi emiten pemilik Ranch Market Grup itu bisa mempercepat perkembangan omnichannel kedua perusahaan. "Sinergi kedua perusahaan yang didukung oleh kemampuan teknologi ini, diharapkan semakin mempercepat dan memperkuat solusi omnichannel kedua entitas,” ujar CEO & Co-Founder Blibli Kusumo Martanto pada pernyataan resmi, dikutip Sabtu (2/10/2021).

5. Menunggu Rangkaian Kereta Api Beroperasi di Bumi Sulawesi


Jangkauan layanan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI akan bertambah luas seiring dengan akan dibukanya layanan di Makassar, Sulawesi Selatan dalam waktu dekat. Saat ini, layanan KAI memang baru tersedia di Jawa dan Sumatra.

“Saat ini KAI baru beroperasi di Pulau Sumatra dan Jawa. Ke depan, sedang kami rencanakan dalam waktu dekat mungkin diharapkan nanti di Makassar kami bisa beroperasi, sesuai dengan harapan pemerintah,” ujar Direktur Niaga KAI Dadan Rusdiansyah dalam webinar Jelajah KAI 'Peran BUMN Perkeretaapian dalam Mendukung Pemulihan Ekonomi dan Pariwisata Daerah', Selasa (5/10/2021).

Dia menuturkan bahwa saat ini layanan KAI baru beroperasi di empat divisi regional (Divre) dan satu sub-Divre yang ada di Sumatra, meliputi Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan. Kemudian untuk di Pulau Jawa, terdapat sembilan Daerah Operasi (Daop), yaitu Daop 1 Jakarta, Daop 2 Bandung, Daop 3 Cirebon, Daop 4 Semarang, Daop 5 Purwokerto, Daop 6 Yogyakarta, Daop 7 Madiun, Daop 8 Surabaya, dan Daop 9 di Jember.

“Saat ini KAI memiliki 623 stasiun yang tersebar di Jawa dan Sumatra dengan sarana siap beroperasi sebanyak 10.380 unit, terdiri dari 430 lokomotif, 3.005 kereta [termasuk KRD dan KRL], serta 6.945 gerbong,” tutur Dadan.

Berita dan data selengkapnya terkait Top 5 News di atas dapat dibaca dalam situs bisnisindonesia.co.id. Selamat membaca!


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper