Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perindustrian menyoroti masih rendahnya serapan pasar industri panel surya nasional.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengatakan energi surya di Indonesia saat ini memiliki potensi sebesar 532,6 GWp per tahun. Namun hingga saat ini kapasitas produksi nasional yang terpasang sebesar 515 MWp dan total kapasitas PLTS di Indonesia sebesar 25 MWp.
"Hal ini menunjukkan serapan pasar masih sangat kecil dari kapasitas produksi nasional, diharapkan serapan tersebut dapat terus meningkat guna mendukung bauran EBT nasional,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (14/9/2021).
Menurut Doddy, pembandingan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) menurut International Renewable Energy Agency pada 2019, Indonesia berada di posisi ke tiga di antara negara-negara Asia Tenggara dengan total Kapasitas EBT terpasang sebesar 9.861 MW.
“Dari data tersebut menunjukkan bahwa kapasitas terpasang dan investasi pada pembangkit tenaga listrik EBT masih rendah, namun melalui berbagai kebijakan dan upaya yang telah dilakukan tantangan tersebut dapat teratasi,” ungkapnya.
Doddy menyebut, menurut kajian yang dilakukan oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, permasalahan terkait investasi teknologi ramah lingkungan saat ini adalah biaya yang masih sangat mahal dan membutuhkan waktu pengembangan yang lama, yaitu dua hingga tiga tahun.
Adapun berdasarkan data dari Asosiasi Pabrikan Modul Surya Indonesia (APAMSI), saat ini terdapat 10 industri panel surya di Indonesia dengan total 515 MWp. Salah satu industri panel surya dengan kapasitas produksi tertinggi adalah yakni PT Len Industri dengan kapasitas 71 MWp.
"Diharapkan, penggunaan panel surya baik di rumah tangga dan sektor industri tentunya dapat terus meningkat ke depannya, dan PT Len Industri tentunya harus terus berinovasi agar tingkat penggunaan panel surya dapat terus bertambah," sebutnya.