Bisnis.com, JAKARTA - Lesunya bisnis jual beli tiket pesawat di biro perjalanan baik daring maupun konvensional berkorelasi langsung dengan penurunan bisnis di sektor sekitarnya, termasuk industri maskapai penerbangan. Pergeseran tren pembelian tiket dari luring ke daring pun ternyata tidak banyak membantu.
Wakil Ketua Umum Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (Asita) Budijanto mengatakan dampak lesunya geliat industri biro perjalanan yang cukup parah saat ini dirasakan oleh PT Garuda Indonesia Tbk. dengan ekuitas minus Rp40 triliun.
Dia menerangkan, reservasi tiket pesawat melalui biro perjalanan baik daring maupun konvensional masih mengalami keterpurukan dan tahun ini dipastikan tidak akan mengalami pergerakan signifikan.
"Penurunan bukan karena berkurangnya usaha-usaha atau promosi yang dilakukan oleh biro perjalanan. Namun, karena kondisi pandemi, pengetatan perjalanan, dan melemahnya daya beli sehingga maskapai penerbangan turut mengalami penurunan bisnis," ujar Budijanto, Senin (24/5/2021).
Kendati selama pandemi terjadi pergeseran di mana pembelian menggunakan biro perjalanan wisata daring mendominasi hingga 80 persen dibandingkan dengan agen perjalanan konvensional, hal tersebut tidak memberikan efek yang cukup signifikan.
Sebab, kata Budijanto, pergeseran tersebut terjadi pada masa terpuruk akibat terdampak pandemi Covid-19 dengan penjualan jauh di bawah rata-rata sehingga tidak berdampak signifikan terhadap penjualan tiket pesawat di biro perjalanan wisata daring secara keseluruhan.
Baca Juga
Biasanya, sambung Budijanto, pada momentum high season seperti lebaran Idulfitri terjadi lonjakan kenaikan omzet dengan kisaran 50 - 100 persen atau 1,5 sampai 2 kali lipat dibandingkan dengan masa normal bagi pelaku usaha di sektor biro perjalanan wisata secera keseluruhan.
Sebelum pandemi, penjualan tiket pesawat di biro perjalanan wisata konvensional masih mendominasi, dengan persentase 60 persen biro perjalanan konvensional dan 40 persen di platform agen perjalanan wisata daring.
Budijanto memperkirakan sampai dengan akhir tahun, pembelian tiket pesawat di biro perjalanan belum akan mengalami perbaikan. Kecuali, sambutnya, pemerintah membelanjakan anggaran di sektor penerbangan dan merelaksasi pengetatan pembatasan sosial.
Penerapan genos di bandara yang disebut-sebut akan dilaksanakan pada Juni mendatang juga menjadi angin segar bagi industri biro perjalanan dan penerbangan.
Sekadar informasi, kondisi industri biro perjalanan wisata Tanah Air masih parah akibat terdampak pandemi. Berdasarkan data terakhir Asita, sebanyak 90 persen dari total 7.000 perusahaan biro perjalanan wisata sudah tutup sementara sejak April 2020 akibat terdampak oleh pandemi Covid-19.