Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kino Indonesia (KINO) Proyeksi Produksi 2021 Naik 10 Persen

Pada tahun lalu, kinerja Kino Indonesia tertekan di tengah pandemi Covid-19.
PT Kino Indonesia Tbk. /kino.co.id
PT Kino Indonesia Tbk. /kino.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen produk konsumer, PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) memproyeksi kemungkinan peningkatan produksi akan berkisar di level 10 persen pada tahun ini.

Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono mengatakan hal itu mempertimbangkan perbaikan kegiatan ekonomi ke depan karena vaksinasi yang semakin merata dan cepat. Perseroan pun menyebut telah mengikuti program vaksin gotong royong yang dimulai hari ini.

"Saat ini tentunya karena masih masa pandemi, utilisasi kapasitas produksi masih rendah tetapi kami sudah mempersiapkan untuk ke depannya saat keadaan ekonomi mengalami perbaikan. Dengan pertimbangan tersebut, kemungkinan produksi bisa naik sekitar 10 persen tahun ini," katanya kepada Bisnis, Selasa (18/5/2021).

Adapun Budi menyebut momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini sudah berjalan dengan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pasalnya, tahun lalu bertepatan dengan awal pandemi dan PSBB sehingga kegiatan ekonomi sangat melemah.

Namun, Budi melanjutkan dibandingkan dengan periode Lebaran di tahun sebelum Pandemi tentunya belum kembali ke level terdahulu.

Budi menyebut dari sisi penyerapan produksi, segmen minuman relatif lebih baik peningkatannya selama moemtum Lebaran kemarin. Meskipun secara keseluruhan segmen personal care masih merupakan kontributor penjualan terbesar bagi emiten bersandi KINO ini.

Sementara itu, produsen Larutan Cap Kaki Tiga ini tahun lalu memang mengalami pelemahan kinerja. Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2021, penjualan perusahaan mencapai Rp4,02 triliun atau turun 13,97 persen dibandingkan tahun sebelumnya Rp4,67 triliun.

Adapun, penjualan perawatan tubuh masih menjadi kontributor utama pendapatan perseroan kendati turun 7,13 persen menjadi Rp2,04 triliun. Selanjutnya penjualan minuman turun 13,35 persen menjadi Rp1,52 triliun diikuti penjualan makanan yang turun 2,41 persen menjadi Rp414,05 miliar.

Penjualan farmasi anjlok paling dalam sebesar 88,19 persen menjadi Rp32,29 miliar dan makanan hewan turun 48,19 persen menjadi Rp11,04 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper